Tokoh pendukung novel ini adalah Bapak Emod, Mang Apin, dan Buris. Bapak Emod adalah ayah Emod yang bekerja sebagai petani. Dia adalah orang yang taat beragama dan percaya dengan mitos Legok Kiara. Mang Apin adalah tetangga Emod yang juga bekerja sebagai petani. Dia sering membantu Bapak Emod di sawah. Buris adalah kucing yang ditemukan Emod dan Sadun di Legok Kiara. Dia adalah kucing yang lucu, jinak, dan setia.
Alur
Alur novel ini adalah alur maju atau alur progresif. Novel ini mengikuti urutan peristiwa yang terjadi dari awal hingga akhir. Tidak ada loncatan waktu atau kilas balik yang membingungkan pembaca.
Latar Tempat
Latar tempat novel ini adalah desa di Jawa Barat yang memiliki Legok Kiara, sebuah pohon kiara yang sudah berusia ratusan tahun. Latar tempat ini penting untuk membangun suasana dan latar belakang cerita. Latar tempat ini juga menunjukkan kekayaan budaya dan alam Sunda.
Latar Waktu
Latar waktu novel ini adalah masa kini atau masa sekarang. Novel ini tidak menyebutkan tahun atau tanggal tertentu, tetapi menggambarkan kondisi sosial dan ekonomi yang sedang dialami oleh masyarakat desa. Latar waktu ini relevan dengan isu-isu yang diangkat oleh novel ini, seperti kekeringan, kemiskinan, dan kerusakan alam.
Sudut Pandang
Sudut pandang novel ini adalah sudut pandang orang ketiga serba tahu atau omniscient. Novel ini menggunakan kata ganti orang ketiga seperti “dia”, “mereka”, dan “manehna” untuk menceritakan kisah Emod, Sadun, dan tokoh-tokoh lainnya. Novel ini juga memberikan informasi dan penjelasan yang tidak diketahui oleh tokoh-tokoh tersebut.
Gaya Bahasa
Gaya bahasa novel ini adalah gaya bahasa sederhana, lugas, dan humoris. Novel ini menggunakan bahasa Indonesia yang mudah dipahami oleh pembaca. Novel ini juga menggunakan bahasa Sunda yang khas dan kocak untuk menambah nuansa lokal dan komedi. Novel ini juga menggunakan beberapa istilah dan ungkapan yang berkaitan dengan budaya dan alam Sunda.
Amanat
Amanat novel ini adalah untuk mengajarkan pembaca tentang nilai-nilai positif seperti keberanian, persahabatan, dan kepedulian terhadap alam. Novel ini ingin menyampaikan bahwa kita tidak perlu takut dengan hal-hal yang tidak kita ketahui, tetapi harus berani mencari tahu dan membuktikannya sendiri. Novel ini juga ingin menunjukkan bahwa persahabatan adalah hal yang sangat berharga dan harus dijaga dengan baik. Novel ini juga ingin mengingatkan kita untuk selalu peduli terhadap alam dan menjaganya agar tetap hijau dan sehat.
Unsur Ekstrinsik Novel
Nilai Sosial
Novel ini mengandung nilai sosial yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat desa. Novel ini menggambarkan bagaimana masyarakat desa hidup dengan sederhana, saling tolong menolong, dan berpegang pada tradisi dan kepercayaan mereka. Novel ini juga menggambarkan bagaimana masyarakat desa menghadapi masalah-masalah seperti kekeringan, kemiskinan, dan kerusakan alam.
Nilai Moral
Novel ini mengandung nilai moral yang berkaitan dengan sikap dan perilaku manusia. Novel ini mengajarkan kita untuk berani, jujur, dan bertanggung jawab. Novel ini juga mengajarkan kita untuk setia kawan, sayang binatang, dan peduli alam. Novel ini juga mengajarkan kita untuk menghargai perbedaan, toleran, dan menghormati orang tua.
Kelebihan Novel Nu Ngageugeuh Legok Kiara
Novel ini memiliki beberapa kelebihan yang membuatnya menarik dan layak dibaca. Beberapa kelebihannya adalah:
- Novel ini memiliki alur yang menarik dan tidak membosankan. Novel ini penuh dengan petualangan, misteri, dan humor yang membuat pembaca penasaran.
- Novel ini memiliki bahasa yang mudah dipahami dan menyenangkan. Novel ini menggunakan bahasa Indonesia yang sederhana dan bahasa Sunda yang khas dan kocak. Novel ini juga menggunakan istilah dan ungkapan yang berkaitan dengan budaya dan alam Sunda.
- Novel ini memiliki pesan dan nilai yang positif dan mendidik. Novel ini mengajarkan kita tentang keberanian, persahabatan, dan kepedulian terhadap alam. Novel ini juga mengajarkan kita untuk menghargai perbedaan, toleran, dan menghormati orang tua.
Kekurangan Novel Nu Ngageugeuh Legok Kiara
Novel ini juga memiliki beberapa kekurangan yang bisa diperbaiki. Beberapa kekurangannya adalah:
- Novel ini memiliki jumlah halaman yang terlalu sedikit. Novel ini hanya memiliki 51 halaman, yang membuat cerita terasa terlalu singkat dan kurang mendalam. Novel ini bisa lebih dikembangkan dengan menambahkan detail dan konflik yang lebih kompleks.
- Novel ini memiliki ilustrasi yang kurang menarik. Novel ini hanya memiliki beberapa ilustrasi hitam putih yang tidak begitu menggambarkan suasana dan karakter novel. Novel ini bisa lebih menarik dengan menggunakan ilustrasi berwarna yang lebih detail dan artistik.
Kesimpulan
Novel Sunda Nu Ngageugeuh Legok Kiara karya Dadan Sutisna adalah novel yang bercerita tentang petualangan dua anak desa yang ingin membuktikan kebenaran mitos tentang pohon kiara yang konon berhantu. Novel ini memiliki alur yang menarik, bahasa yang mudah dipahami, dan pesan yang positif. Novel ini cocok untuk dibaca oleh anak-anak dan remaja yang suka dengan cerita petualangan dan humor. Novel ini juga bisa menjadi sarana untuk mengenal dan melestarikan budaya dan alam Sunda.