Kehidupan Dara berubah ketika ia didekati oleh Cakra, seorang cowok bad boy yang sering bolos sekolah, merokok, dan memakai anting-anting. Cakra menarik perhatian Dara dengan sikapnya yang baik dan perhatian. Dara tidak peduli dengan omongan Lala, sahabatnya, yang menyuruhnya menjauhi Cakra. Dara merasa Cakra adalah cowok yang berbeda dari yang orang-orang katakan. Namun, Dara baru menyadari bahwa Cakra ternyata memiliki maksud tertentu terhadap Dara, ketika ia mendengar percakapan antara Cakra dan Adzy. Dara merasa kecewa dan sakit hati karena Cakra hanya memanfaatkan Dara untuk mendekati Adzy, yang ternyata adalah kakak angkat Cakra.
Di saat Dara merasa kecewa, Elang selalu ada di dekat Dara. Elang menunjukkan sikap yang berbeda dari biasanya. Ia menjadi lebih baik, perhatian, dan peduli kepada Dara. Dara pun mulai jatuh hati kepada Elang, dan merasa Elang juga menyukainya. Namun, hubungan mereka menjadi rumit ketika Safira, mantan Elang yang baru pindah dari Australia, kembali muncul di kehidupan Elang. Safira masih mencintai Elang, dan berusaha merebutnya kembali dari Dara. Dara merasa cemburu dan bingung dengan sikap Elang, yang tampak masih sayang kepada Safira. Apakah Elang benar-benar mencintai Dara? Ataukah ia hanya bermain-main dengan Dara?
Sementara itu, Cakra juga mengalami perubahan. Ia mulai merapikan penampilannya, tidak merokok lagi, dan bahkan menghilangkan anting-antingnya. Cakra mengaku bahwa ia menyesal telah menyakiti Dara, dan ingin memperbaiki hubungannya dengan Adzy. Cakra juga mengungkapkan perasaannya yang sebenarnya kepada Dara, dan meminta maaf atas kesalahannya. Cakra berharap Dara mau memberinya kesempatan kedua. Apakah Dara akan memaafkan Cakra? Ataukah ia akan tetap memilih Elang?
Latar Belakang Novel
Putu Kurniawati adalah seorang penulis muda yang lahir di Denpasar, Bali, pada tahun 1990. Ia mulai menulis sejak SMP dan telah menghasilkan beberapa karya yang dimuat di majalah remaja. Novel Ketika Elang Mencintai Dara adalah novel pertamanya yang diterbitkan secara profesional. Ia terinspirasi untuk menulis novel ini karena pengalamannya sendiri saat SMA. Ia mengaku pernah mengalami cinta segitiga yang mirip dengan yang dialami oleh Dara, Elang, dan Cakra.