DIKSIA.COM - Novel Bumi Manusia merupakan salah satu karya sastra Indonesia yang terkenal dan bermakna, yang menggambarkan kehidupan masyarakat Indonesia pada masa kolonial Belanda. Novel ini juga telah diadaptasi menjadi film pada tahun 2019.
Berikut adalah artikel ulasan novel Bumi Manusia yang saya buat berdasarkan sumber-sumber yang saya temukan di internet:
Pengantar
Novel Bumi Manusia adalah buku pertama dari Tetralogi Buru karya Pramoedya Ananta Toer, seorang sastrawan Indonesia yang terkenal dan berpengaruh. Novel ini pertama kali diterbitkan pada tahun 1980 oleh Hasta Mitra, setelah sebelumnya diceritakan secara lisan oleh Pramoedya kepada sesama tahanan politik di Pulau Buru.
Novel ini kemudian dilarang beredar oleh rezim Orde Baru karena dianggap mengandung ajaran Marxisme dan Leninisme. Namun, novel ini tetap mendapatkan apresiasi dan penghargaan dari dalam dan luar negeri, dan telah diterjemahkan ke dalam 33 bahasa.
Novel ini juga telah diadaptasi menjadi film pada tahun 2019 oleh sutradara Hanung Bramantyo. Novel Bumi Manusia mengisahkan tentang perjalanan hidup Minke, seorang pemuda pribumi yang bersekolah di HBS, sekolah elit yang hanya diperuntukkan bagi anak-anak keturunan Eropa.
Minke adalah seorang pribumi yang cerdas, berbakat, dan kritis, yang sering menulis artikel-artikel untuk koran Belanda dengan nama samaran Max Tolenaar. Minke juga jatuh cinta dengan Annelies, putri dari Nyai Ontosoroh, seorang wanita pribumi yang menjadi gundik seorang tuan tanah Belanda bernama Herman Mellema.
Hubungan Minke dengan keluarga Mellema membawanya ke dalam berbagai konflik sosial, politik, hukum, dan budaya yang melibatkan bangsa Belanda, pribumi, Cina, Arab, dan Jepang di Hindia Belanda pada akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20.
Novel Bumi Manusia adalah sebuah karya sastra fenomenal yang menggugah nasionalisme dan kesadaran sosial pembacanya. Novel ini menggambarkan dengan detail dan realistis kondisi masyarakat Indonesia pada masa kolonial Belanda, yang penuh dengan ketidakadilan, diskriminasi, eksploitasi, dan penindasan.