Leila S. Chudori melakukan riset mendalam sebelum menulis novel ini. Ia mewawancarai beberapa korban yang selamat, keluarga korban, dan saksi mata. Ia juga mengumpulkan data dan fakta dari berbagai sumber, seperti buku, artikel, film, dan dokumen. Ia ingin menghadirkan kisah yang akurat dan berimbang, tanpa mengurangi nilai sastra dan kemanusiaan.
Alur dan Tokoh Novel Laut Bercerita
Novel Laut Bercerita terbagi menjadi dua bagian. Bagian pertama mengambil sudut pandang Biru Laut Wibisana, seorang mahasiswa dan aktivis yang menjadi korban penghilangan. Bagian kedua mengambil sudut pandang Asmara Jati Wibisana, adik Laut yang mencari tahu kebenaran tentang kakaknya.
Biru Laut adalah mahasiswa Sastra Inggris di Universitas Gadjah Mada. Ia juga anggota kelompok perlawanan Wirasena dan Winatra, yang bergerak melawan kezaliman Orde Baru. Ia bersahabat dengan Kinan, Alex, Daniel, Sunu, dan Bram. Ia juga jatuh cinta dengan Srikandi, seorang mahasiswi yang juga aktivis.
Pada tahun 1998, saat terjadi krisis ekonomi dan politik, Laut dan kawan-kawannya menjadi sasaran penculikan oleh pasukan rahasia. Mereka disiksa dan dimintai keterangan tentang rencana mereka. Beberapa dari mereka berhasil lolos, tetapi Laut dan Kinan tidak pernah kembali.
Asmara Jati adalah adik Laut yang berusia sembilan tahun saat kakaknya hilang. Ia tumbuh menjadi seorang pemuda yang penasaran dan gigih. Ia ingin mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada Laut. Ia mencari informasi dari berbagai sumber, termasuk dari mantan pacar Laut, Srikandi, yang kini menjadi seorang penulis.
Asmara juga bertemu dengan beberapa orang yang terlibat dalam kasus penghilangan, seperti mantan aparat, mantan tahanan, dan mantan aktivis. Ia mendengar berbagai versi cerita, yang kadang bertentangan dan membingungkan. Ia juga menghadapi berbagai tantangan dan bahaya, termasuk ancaman dari pihak-pihak yang tidak ingin kebenaran terungkap.
Pesan dan Nilai Novel Laut Bercerita
Novel Laut Bercerita adalah sebuah karya fiksi sejarah yang menggugah. Novel ini mengajak pembaca untuk mengenang dan menghormati para aktivis yang berjuang demi keadilan dan demokrasi. Novel ini juga mengingatkan pembaca untuk tidak melupakan sejarah yang kelam, tetapi juga tidak terjebak dalam dendam dan kesedihan.