DIKSIA.COM - Eka Kurniawan adalah salah satu penulis Indonesia yang karyanya telah diterjemahkan ke dalam lebih dari 24 bahasa dan mendapat pengakuan internasional.
Ia juga menjadi penulis Indonesia pertama yang dinominasikan untuk Man Booker International Prize pada tahun 2016. Siapa sebenarnya Eka Kurniawan dan bagaimana perjalanan kariernya sebagai penulis?
Latar Belakang
Eka Kurniawan lahir pada 28 November 1975 di Tasikmalaya, Jawa Barat. Ia tumbuh di sebuah kota kecil di pantai selatan Jawa, Pangandaran.
Ia menempuh pendidikan tinggi di Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Skripsinya yang membahas tentang Pramoedya Ananta Toer dan Sastra Realisme Sosialis kemudian diterbitkan sebagai buku pada tahun 1999.
Eka Kurniawan saat ini tinggal di Jakarta bersama istrinya, Ratih Kumala, yang juga seorang penulis dan penulis skenario. Mereka memiliki seorang anak perempuan.
Karya-Karya
Eka Kurniawan mulai menulis fiksi sejak tahun 2000, dengan menerbitkan kumpulan cerita pendek berjudul Corat-Coret di Toilet. Novel pertamanya, Cantik Itu Luka, diterbitkan pada tahun 2002 dan mendapat banyak perhatian dari pembaca sastra Indonesia.
Novel ini mengisahkan tentang sejarah Indonesia dari masa kolonial hingga reformasi melalui sudut pandang seorang pelacur bernama Dewi Ayu.
Novel kedua Eka Kurniawan, Lelaki Harimau, diterbitkan pada tahun 2004. Novel ini bercerita tentang seorang pemuda bernama Margio yang membunuh seorang lelaki dengan cara menggigit lehernya.
Dalam novel ini, Eka Kurniawan menggunakan gaya realisme magis yang menggabungkan unsur-unsur mitos, legenda, dan fantasi.
Novel ketiga Eka Kurniawan, Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas, diterbitkan pada tahun 2014.
Novel ini berkisah tentang seorang pria bernama Ajo Kawir yang mengalami impotensi akibat trauma masa kecilnya. Ia kemudian jatuh cinta dengan seorang wanita bernama Iteung yang bekerja sebagai sopir truk.
Selain novel, Eka Kurniawan juga menulis beberapa kumpulan cerita pendek, seperti Cinta Tak Ada Mati dan Cerita-Cerita Lainnya (2005), Gelak Sedih dan Cerita-Cerita Lainnya (2005), Perempuan Patah Hati yang Kembali Menemukan Cinta Melalui Mimpi (2015), dan O (2016). Ia juga menulis beberapa esai, komik, dan skenario film.
Apa saja karya-karya film yang diadaptasi dari novel Eka Kurniawan?
Ada beberapa karya film yang diadaptasi dari novel Eka Kurniawan, antara lain:
- Vengeance Is Mine, All Others Pay Cash. Film ini diadaptasi dari novel Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas yang bercerita tentang seorang pria bernama Ajo Kawir yang mengalami impotensi akibat trauma masa kecilnya. Film ini disutradarai oleh Edwin dan ditulis bersama oleh Eka Kurniawan. Film ini telah mendapatkan penghargaan Golden Leopard dalam Festival Film Locarno pada tahun 2021.
- Kandang Babi. Film ini diadaptasi dari cerita pendek Kandang Babi yang menggambarkan kehidupan mahasiswa dan kritiknya terhadap aparat universitas di era pasca-reformasi. Film ini dibuat oleh mahasiswa Universitas Negeri Surabaya sebagai proyek kelas adaptasi film pada tahun 2021.
- Tak Ada Orang Gila di Kota Ini. Film ini diadaptasi dari cerita pendek Tak Ada Orang Gila di Kota Ini yang mengisahkan tentang usaha mengusir orang-orang gila dari sebuah kota. Film ini disutradarai oleh Wregas Bhanuteja dan telah dipilih untuk berpartisipasi dalam Busan International Film Festival pada tahun 2019.
Penghargaan dan Pengakuan
Eka Kurniawan telah mendapatkan banyak penghargaan dan pengakuan baik di dalam maupun di luar negeri. Beberapa di antaranya adalah:
- Terpilih sebagai salah satu Global Thinkers of 2015 oleh jurnal Foreign Policy.
- Dinominasikan untuk Man Booker International Prize pada tahun 2016 untuk novel Man Tiger (terjemahan dari Lelaki Harimau).
- Mendapatkan Prince Claus Award pada tahun 2018 untuk kontribusinya dalam bidang sastra dan budaya.
- Mendapatkan Golden Leopard dalam Festival Film Locarno pada tahun 2021 untuk film Vengeance Is Mine, All Others Pay Cash (adaptasi dari novel Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas) yang ia tulis bersama sutradara Edwin.
Eka Kurniawan sering dibanding-bandingkan dengan penulis-penulis terkenal seperti Pramoedya Ananta Toer, Gabriel García Márquez, dan Haruki Murakami.