Isa AS, dengan sentuhan tangan ajaibnya, menyembuhkan penyakit-penyakit yang melilit manusia, dari kusta hingga kebutaan. Ia bahkan memiliki kelebihan menghidupkan yang telah mati, mengundang kekaguman di setiap jejak langkahnya.
Namun, deretan mukjizat ini bukan hanya sekadar pertunjukan, melainkan petunjuk bagi yang mencari kebenaran. Isa AS mengajarkan kasih, kebajikan, dan keadilan, membuat pengikutnya setia walau dunia mengguncang.
Namun, keberadaan Isa AS menjadi bumerang bagi penguasa Bani Israil. Mereka, khawatir kehilangan kekuasaan, meracuni telinga Raja Romawi untuk membunuh Isa AS dan para pengikutnya atas tuduhan pemberontakan.
Isa AS dan pengikutnya menghindar, menyadari bahwa kebenaran seringkali harus menyelinap di balik bayangan. Namun, pengkhianatan mengintai dalam kegelapan. Yudas Iskariot, seorang pengikut yang berpaling karena kekikiran, mengkhianati Isa AS.
Alasannya? Harta. Yudas membocorkan tempat persembunyian Isa AS dan para pengikutnya. Pasukan Romawi menangkap Nabi, tetapi kebijaksanaan Allah SWT membuat Yudas-lah yang disalib, menggantikan Isa AS.
Sejarah mencatat bahwa menjelang kiamat, Nabi Isa AS akan turun kembali untuk menantang Dajjal. Firman Allah dalam surah An Nisa ayat 159 menjadi saksi akan kembalinya Isa AS:
وَإِن مِّنْ أَهْلِ ٱلْكِتَٰبِ إِلَّا لَيُؤْمِنَنَّ بِهِۦ قَبْلَ مَوْتِهِۦ ۖ وَيَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ يَكُونُ عَلَيْهِمْ شَهِيدًا
“Tidak ada seorangpun dari Ahli Kitab, kecuali akan beriman kepadanya (Isa) sebelum kematiannya. Dan di hari kiamat nanti Isa itu akan menjadi saksi terhadap mereka.”