Artinya: “Satu tahun berputar sebagaimana adanya sejak Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun ada dua belas bulan. Diantaranya ada empat bulan haram.
Tiga bulan berturut-turut adalah Dzulqo’dah, Dzulhijjah dan Muharram. (Satu bulan lagi adalah) Rajab Mudhor yang terletak di antara Jumadal (akhir) dan Sya’ban,” (HR. Bukhari no. 3197 dan Muslim no. 1679).
Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu ‘anhuma berkata bahwa Allah menjadikannya bulan-bulan suci dan kesuciannya begitu tinggi, dan menjadikan dosa di dalamnya juga besar.
Dengan demikian, umat Islam dilarang melakukan dosa-dosa buruk di bulan-bulan ini, karena melakukan dosa-dosa di bulan-bulan ini bisa menjadi dosa yang lebih besar.
Sebaiknya berbuat baik pada bulan yang bernilai pahala, agar mendapat pahala yang banyak dari Allah SWT.
2. Bulan yang Dimuliakan
Di bulan Muharram ada Asyura, yaitu pada tanggal 10 Muharram.
Pada hari itu umat Islam dapat melakukan amalan berupa puasa sunnah atas kemenangan yang Allah SWT berikan kepada Nabi Musa.
Hal ini dijelaskan dalam sebuah hadits dari Ibnu Abbas yang berbunyi:
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا: أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمَّا قَدِمَ الْمَدِينَةَ وَجَدَهُمْ يَصُومُونَ يَوْمًا يَعْنِي عَاشُورَاءَ فَقَالُوا هَذَا يَوْمٌ عَظِيمٌ وَهُوَ يَوْمٌ نَجَّى اللَّهُ فِيهِ مُوسَى وَأَغْرَقَ آلَ فِرْعَوْنَ فَصَامَ مُوسَى شُكْرًا لِلَّهِ فَقَالَ أَنَا أَوْلَى بِمُوسَى مِنْهُمْ فَصَامَهُ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ
Artinya : “Dari Ibnu ‘Abbas radliallahu ‘anhuma bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam ketika tiba di Madinah,
Dia meminta mereka (orang Yahudi) untuk berpuasa pada hari ‘Asyura (10 Muharram) dan mereka berkata:
‘Ini adalah hari raya, yaitu hari ketika Tuhan menyelamatkan Musa dan menenggelamkan Firaun. Kemudian Nabi Musa ‘Alaihissalam berpuasa sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah’.
Maka dia berkata: ‘Akulah yang lebih penting (lebih dekat) dengan Musa daripada mereka’. Maka beliau berpuasa pada hari itu dan memerintahkan umatnya untuk berpuasa,” (HR. Bukhari).