Informasi yang diberikan oleh Mark Felt sangat membantu Woodward dan Bernstein untuk mengungkap fakta-fakta yang tersembunyi di balik skandal Watergate, seperti adanya dana gelap yang digunakan untuk membayar orang-orang yang terlibat dalam pencurian dan penyadapan, adanya upaya-upaya untuk menghancurkan bukti-bukti, dan adanya rekaman suara yang menunjukkan bahwa Nixon mengetahui dan menyetujui semua tindakan tersebut.
Selama menjadi informan rahasia, Mark Felt harus berhati-hati agar identitasnya tidak terbongkar, karena hal itu bisa membahayakan dirinya dan keluarganya. Mark Felt juga harus berurusan dengan konflik internal di FBI, karena banyak rekan-rekannya yang setia kepada Nixon atau takut kehilangan jabatan mereka.
Mark Felt juga harus menghadapi masalah pribadi, seperti kesehatan istrinya yang menurun dan hilangnya putrinya yang menjadi aktivis anti-perang. Namun, Mark Felt tetap bertekad untuk memperjuangkan kebenaran dan keadilan, meskipun harus mengorbankan karir dan reputasinya.
Penutup Film Mark Felt
Film Mark Felt berakhir dengan pengunduran diri Nixon sebagai Presiden Amerika Serikat pada tahun 1974, setelah Dewan Perwakilan Rakyat mengajukan proses pemakzulan terhadapnya. Mark Felt juga mengundurkan diri dari FBI pada tahun yang sama, setelah ia dituduh melakukan pelanggaran hukum dalam kasus lain yang tidak terkait dengan Watergate.
Mark Felt kemudian hidup tenang bersama keluarganya, tanpa pernah mengungkap identitasnya sebagai “Deep Throat” kepada siapa pun, sampai pada tahun 2005, ia memutuskan untuk mengaku secara terbuka melalui sebuah artikel majalah Vanity Fair yang ditulis oleh John O’Connor.
Pengakuan Mark Felt ini mengejutkan banyak orang, termasuk Woodward dan Bernstein, yang selama ini tidak pernah mengetahui siapa sebenarnya “Deep Throat”. Film Mark Felt menunjukkan bahwa Mark Felt adalah salah satu pahlawan yang berani menghadapi kekuasaan yang korup dan membantu mengembalikan demokrasi di Amerika Serikat.