Organisasi ini mengubah namanya menjadi Jong Java pada tahun 1918 dan berusaha untuk merangkul kaum muda dari Sunda, Madura, dan Bali. Organisasi ini juga mendapat pengaruh politik dari Sarekat Islam, yang dipimpin oleh Haji Agus Salim. Beberapa anggota Jong Java yang berpegang teguh pada prinsip-prinsip Islam keluar dari organisasi ini dan membentuk Jong Islamieten Bond pada tahun 1924.
Jong Java tidak terlibat langsung dalam Kongres Pemuda I dan II, tetapi tetap memberikan dukungan moral dan materi. Organisasi ini juga mengakui pentingnya persatuan nasional dan menghormati keberagaman suku, agama, dan bahasa di Indonesia.
Tri Koro Dharmo atau Jong Java adalah organisasi pemuda yang mengawali pergerakan nasional dengan bergerak di bidang pendidikan, seni, dan bahasa nasional. Organisasi ini juga melahirkan tokoh-tokoh penting yang berperan dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia, seperti dr. Satiman Wirjosandjojo, Sunardi, Kadarman, Sutomo, Muslich, dan Abdul Rahman.