Tri Koro Dharmo: Organisasi Pemuda yang Mengawali Pergerakan Nasional

RediksiaKamis, 11 Januari 2024 | 17:07 WIB
Tri Koro Dharmo
Tri Koro Dharmo. (Dok. museumsumpahpemuda.kemdikbud.go.id)

Diksia.com - Tri Koro Dharmo adalah salah satu organisasi pemuda yang berdiri di era pergerakan nasional. Organisasi ini didirikan oleh dr. Satiman Wirjosandjojo pada 7 Maret 1915 di Gedung STOVIA, Jakarta. Nama Tri Koro Dharmo berasal dari bahasa Jawa yang berarti “Tiga Tujuan Mulia”. Tujuan tersebut adalah:

  • Memperkukuh persatuan antara pemuda Jawa, Sunda, Madura, Bali, dan Lombok
  • Berkolaborasi dengan organisasi pemuda lain untuk membentuk Indonesia
  • Meningkatkan pengetahuan, seni, dan bahasa nasional bagi anggotanya

Dalam artikel ini, kita akan membahas sejarah, perkembangan, dan peran Tri Koro Dharmo dalam pergerakan nasional. Kami juga akan mengulas tokoh-tokoh penting yang terlibat dalam organisasi ini.

Latar Belakang Pendirian Tri Koro Dharmo

Tri Koro Dharmo didirikan sebagai bentuk ketidakpuasan para pemuda terhadap organisasi Budi Utomo, yang merupakan organisasi pergerakan nasional pertama yang bergerak di bidang pendidikan dan kebudayaan. Budi Utomo didirikan oleh dr. Sutomo pada 20 Mei 1908 di Gedung STOVIA. Awalnya, organisasi ini berisi para pemuda yang ingin membuat perubahan lewat pendidikan dan kebudayaan.

Namun, seiring berjalannya waktu, Budi Utomo justru diminati oleh para kaum tua dan priyayi, yang menganggap organisasi ini sebagai sarana untuk mempertahankan status quo dan kepentingan mereka. Hal ini membuat ruang gerak para pemuda di Budi Utomo menjadi sangat terbatas dan tidak sesuai dengan aspirasi mereka.

Oleh karena itu, dr. Satiman Wirjosandjojo, yang merupakan salah satu anggota Budi Utomo, berencana untuk mendirikan organisasi baru yang lebih mewadahi keinginan para pemuda. Ia mengedarkan pemberitahuan kepada berbagai pelajar di sekolah-sekolah Indonesia untuk bergabung dengan organisasinya. Namun, hal ini tidak mudah dilakukan karena terbatasnya akses komunikasi dan transportasi saat itu.

Akhirnya, ia memperkecil cakupan anggota organisasinya menjadi lebih realistis, yaitu para pelajar dan pemuda Jawa di sekitar STOVIA. Ia kemudian mengajak Sunardi, Kadarman, Sutomo, Muslich, dan Abdul Rahman untuk membentuk Tri Koro Dharmo.

Perkembangan dan Peran Tri Koro Dharmo

Tri Koro Dharmo bergerak di bidang pendidikan, seni, dan bahasa nasional. Organisasi ini mengadakan berbagai pertemuan dan kursus, mendirikan lembaga yang menyediakan beasiswa, mengadakan berbagai pertunjukan seni, dan menerbitkan majalah Tri Koro Dharmo. Organisasi ini juga berusaha untuk membangkitkan cita-cita Jawa Raya, yaitu persatuan antara Jawa, Sunda, Madura, Bali, dan Lombok.

Pada 12 Juni 1918, Tri Koro Dharmo mengubah namanya menjadi Jong Java dalam kongres pertama yang diadakan di Solo. Hal ini dimaksudkan untuk dapat merangkul kaum muda dari Sunda, Madura, dan Bali. Namun, jumlah anggota dari daerah-daerah tersebut masih sedikit, sehingga organisasi ini tetap didominasi oleh pemuda Jawa.

Pada tahun 1921, ada usaha untuk menggabungkan Jong Java dengan Jong Sumatranen Bond, yang merupakan organisasi pemuda dari Sumatera. Namun, usaha ini tidak berhasil karena perbedaan pandangan politik dan budaya antara kedua organisasi. Jong Java cenderung lebih koperatif dengan pemerintah kolonial, sedangkan Jong Sumatranen Bond lebih radikal dan menentang.

Dalam kongres-kongres selanjutnya, Jong Java tidak mengambil bagian dalam aksi politik, tetapi lebih fokus pada bidang pendidikan, seni, dan bahasa nasional. Namun, organisasi ini tetap mendapat pengaruh politik dari Sarekat Islam, yang merupakan organisasi massa yang bergerak di bidang sosial, ekonomi, dan politik. Sarekat Islam dipimpin oleh Haji Agus Salim, yang merupakan tokoh nasionalis dan pemimpin redaksi majalah Tri Koro Dharmo.

Pengaruh Sarekat Islam menyebabkan beberapa anggota Jong Java yang berpegang teguh pada prinsip-prinsip Islam akhirnya keluar dari organisasi ini dan membentuk Jong Islamieten Bond pada tahun 1924. Jong Islamieten Bond kemudian menjadi salah satu organisasi pemuda yang terlibat dalam Kongres Pemuda I dan II, yang menghasilkan Sumpah Pemuda pada tahun 1928.

Jong Java sendiri tidak terlibat langsung dalam Kongres Pemuda I dan II, tetapi tetap memberikan dukungan moral dan materi. Organisasi ini juga mengirimkan perwakilannya untuk menghadiri kongres-kongres tersebut. Jong Java juga mengakui pentingnya persatuan nasional dan menghormati keberagaman suku, agama, dan bahasa di Indonesia.

Tokoh-Tokoh Penting Tri Koro Dharmo

Berikut adalah beberapa tokoh penting yang terlibat dalam Tri Koro Dharmo:

  • dr. Satiman Wirjosandjojo: Pendiri dan ketua pertama Tri Koro Dharmo. Ia adalah seorang dokter dan aktivis yang berjuang untuk memajukan pendidikan dan kebudayaan bagi bangsa Indonesia. Ia juga terlibat dalam Sarekat Islam dan Partai Nasional Indonesia. Ia meninggal pada tahun 1945 karena sakit.
  • Sunardi: Wakil ketua Tri Koro Dharmo. Ia adalah seorang guru dan penulis yang aktif dalam bidang pendidikan dan seni. Ia juga terlibat dalam Sarekat Islam dan Partai Nasional Indonesia. Ia meninggal pada tahun 1950 karena sakit.
  • Kadarman: Sekretaris Tri Koro Dharmo. Ia adalah seorang pengacara dan politisi yang berperan dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Ia juga terlibat dalam Sarekat Islam, Partai Nasional Indonesia, dan Komite Nasional Indonesia Pusat. Ia meninggal pada tahun 1962 karena sakit.
  • Sutomo: Anggota Tri Koro Dharmo. Ia adalah seorang dokter dan pendiri Budi Utomo, organisasi pergerakan nasional pertama di Indonesia. Ia juga terlibat dalam Sarekat Islam, Partai Nasional Indonesia, dan Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Ia meninggal pada tahun 1938 karena sakit.
  • Muslich: Anggota Tri Koro Dharmo. Ia adalah seorang dokter dan aktivis yang berjuang untuk memajukan kesehatan dan kesejahteraan rakyat Indonesia. Ia juga terlibat dalam Sarekat Islam, Partai Nasional Indonesia, dan Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Ia meninggal pada tahun 1945 karena sakit.
  • Abdul Rahman: Anggota Tri Koro Dharmo. Ia adalah seorang dokter dan politisi yang berperan dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Ia juga terlibat dalam Sarekat Islam, Partai Nasional Indonesia, dan Komite Nasional Indonesia Pusat. Ia meninggal pada tahun 1969 karena sakit.

Kesimpulan

Tri Koro Dharmo adalah salah satu organisasi pemuda yang berdiri di era pergerakan nasional. Organisasi ini didirikan oleh dr. Satiman Wirjosandjojo pada 7 Maret 1915 di Gedung STOVIA, Jakarta. Nama Tri Koro Dharmo berasal dari bahasa Jawa yang berarti “Tiga Tujuan Mulia”. Tujuan tersebut adalah memperkukuh persatuan antara pemuda Jawa, Sunda, Madura, Bali dan Lombok, berkolaborasi dengan organisasi pemuda lain untuk membentuk Indonesia, dan meningkatkan pengetahuan, seni, dan bahasa nasional bagi anggotanya.

Organisasi ini mengubah namanya menjadi Jong Java pada tahun 1918 dan berusaha untuk merangkul kaum muda dari Sunda, Madura, dan Bali. Organisasi ini juga mendapat pengaruh politik dari Sarekat Islam, yang dipimpin oleh Haji Agus Salim. Beberapa anggota Jong Java yang berpegang teguh pada prinsip-prinsip Islam keluar dari organisasi ini dan membentuk Jong Islamieten Bond pada tahun 1924.

Jong Java tidak terlibat langsung dalam Kongres Pemuda I dan II, tetapi tetap memberikan dukungan moral dan materi. Organisasi ini juga mengakui pentingnya persatuan nasional dan menghormati keberagaman suku, agama, dan bahasa di Indonesia.

Tri Koro Dharmo atau Jong Java adalah organisasi pemuda yang mengawali pergerakan nasional dengan bergerak di bidang pendidikan, seni, dan bahasa nasional. Organisasi ini juga melahirkan tokoh-tokoh penting yang berperan dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia, seperti dr. Satiman Wirjosandjojo, Sunardi, Kadarman, Sutomo, Muslich, dan Abdul Rahman.