Kaspersky: Phising Kripto di Asia Tenggara Meningkat, Indonesia dan Filipina Mengalami Kerugian Terbesar

Avatar of Rediksia
Kaspersky: Phising Kripto di Asia Tenggara Meningkat, Indonesia dan Filipina Mengalami Kerugian Terbesar
Kaspersky: Phising Kripto di Asia Tenggara Meningkat, Indonesia dan Filipina Mengalami Kerugian Terbesar. Foto: Diksia/Canva

DIKSIA.COM - Jakarta, Menurut perusahaan siber , jumlah korban serangan phising kripto di Asia Tenggara mengalami peningkatan signifikan pada tahun 2022.

Dalam pernyataan resmi mereka, menjelaskan bahwa selama periode tersebut, tercatat sebanyak 147.649 kasus penipuan atau phising aset kripto di tiga negara terbesar di Asia Tenggara.

Indonesia dan Filipina menjadi negara-negara yang paling banyak mengalami serangan phising dibandingkan dengan negara-negara lain di kawasan tersebut.

Di Indonesia, jumlah deteksi phising meningkat dari 19.584 pada tahun 2021 menjadi 24.642 pada akhir 2022. Sementara itu, kasus phising di Filipina meningkat dari 9.164 menjadi 24.737 pada tahun 2022.

Tidak hanya kedua negara tersebut, Malaysia juga menjadi target serangan phising kripto, meskipun jumlah kerugian yang dialami negara tetangga ini tidak sebesar Indonesia dan Filipina. Pada tahun 2022, terdapat sekitar 16.767 laporan kasus phising di Malaysia.

Para analis Kaspersky menjelaskan bahwa lonjakan kasus phising di Asia Tenggara terjadi karena jumlah investor yang menggunakan kripto sebagai aset investasi di wilayah ini terus meningkat.

Sebanyak 130 juta orang di Asia dilaporkan terlibat dalam investasi aset kripto. Hal ini menjadi celah bagi para hacker untuk melakukan serangan phising guna mendapatkan keuntungan finansial.

“Alasan utamanya adalah tren. Kami melihat adopsi kripto semakin meningkat, terutama di Asia Tenggara. Wilayah ini bertanggung jawab atas 14 persen dari total transaksi kripto secara global dan diperkirakan akan terus menjadi yang terdepan dalam adopsi kripto massal,” kata , Managing Director untuk Asia Pasifik di Kaspersky.

Untuk menipu korban, pelaku phising biasanya membuat email palsu yang pura-pura berasal dari admin atau halaman web palsu yang sangat mirip dengan situs web asli.

Mereka kemudian mengirimkan tautan melalui email yang telah disisipi dengan perangkat lunak jahat (malware) untuk menginfeksi browser korban.

Apabila korban mengklik tautan tersebut, pelaku phising akan memantau dan mengumpulkan data yang diberikan korban di halaman web palsu tersebut.


Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Crypto. Diksia.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Informasi yang diberikan dalam artikel ini hanya untuk tujuan informasi dan tidak boleh dianggap sebagai nasihat keuangan atau investasi. Investasi Cryptocurrency tunduk pada risiko pasar, dan pembaca harus berhati-hati dan melakukan uji tuntas.