Viral Bocah SD-SMP Buat konten Adu Jotos di Kuningan

Avatar of Rediksia
Tangkapan video viral duel sekelompok bocah di Kabupaten Kuningan
Tangkapan video viral duel sekelompok bocah di Kabupaten Kuningan. (Foto: Istimewa)

DIKSIA.COM - Sebuah video perkelahian yang diduga melibatkan sekelompok bocah dari Kabupaten telah menjadi di media sosial.

Konten ini menampilkan aksi baku hantam antara anak-anak di bawah umur yang telah menyebar luas dan menciptakan kehebohan di kalangan warga setempat.

Video berdurasi sekitar 44 detik tersebut menampilkan sekelompok bocah berkumpul di sebuah kebun. Tanpa aba-aba, mereka langsung terlibat dalam duel satu lawan satu.

Seperti pertarungan antar geng, konten ini juga diberi backsound dari permainan populer, GTA San Andreas.

Sayangnya, aksi perkelahian ini terekam dan ditonton langsung oleh teman-teman mereka.

Video tersebut diketahui telah menjadi sejak Jumat (16/6/2023).

Banyak pengguna media sosial menduga bahwa antar bocah ini terjadi di Kabupaten .

Lebih mengkhawatirkan lagi, percakapan dalam video tersebut terdengar seperti logat warga Kuningan. Selain itu, anak-anak dalam konten ini diduga masih berusia belasan tahun.

Ketika ditanya oleh Kasat Reskrim Polres Kuningan, Iptu Anggi Eko Prasetyo mengkonfirmasi bahwa video duel antar bocah ini memang terjadi di wilayah mereka.

Menurutnya, puluhan anak yang terlibat dalam perkelahian ini adalah pelajar dari tingkat SD dan SMP.

Anggi menjelaskan bahwa perkelahian ini bermula dari perebutan bendera kelompok. Para pelajar tersebut sebelumnya telah berkumpul sebagai sebuah geng dalam sebuah grup WhatsApp.

“Kami ingin menjelaskan bahwa kemarin memang beredar di salah satu media sosial video perkelahian antara siswa atau anak-anak kita dari berbagai sekolah. Kejadian ini terjadi di daerah Kuningan. Kami telah menangani masalah ini secara kekeluargaan,” ujar Anggi saat diwawancarai oleh detikJabar, di Balai Desa Salareuma, Kuningan, Sabtu (17/6/2023).

Menurut Anggi, puluhan remaja ini sengaja membentuk kelompok sebagai bentuk validasi atau aktualisasi diri mereka. Sebagian besar anggota kelompok ini masih di bawah umur.

“Anak-anak ini membentuk sebuah grup yang mirip dengan geng, dengan adanya kelompok ini mereka memiliki atribut, seperti bendera-bendera yang mereka rebut,” tambahnya.