Serangan Israel Hancurkan Gaza, Ribuan Orang Mengungsi Dengan Berjalan Kaki

RediksiaSabtu, 14 Oktober 2023 | 23:50 WIB
Cucu Hana' Mahmoud Nayem berlindungdi rumah susun yang disewanya. (ABC News)
Cucu Hana' Mahmoud Nayem berlindungdi rumah susun yang disewanya. (ABC News)

Diksia.com - Hana’ Nayem dan keluarganya tidak punya pilihan.

Ketika serangan udara menghantam lingkungannya di Gaza utara minggu ini, nenek tersebut melarikan diri.

Mereka bergabung dengan ribuan orang lainnya yang ketakutan dan hanya punya pilihan untuk pergi dengan berjalan kaki.

“Pesawat berada di atas kami dan bom berjatuhan di mana-mana, seperti di samping kami saat kami berjalan,” kata Hana’ sambil duduk di lantai sambil memegang tangannya.

“Tentu saja mengerikan. Semua orang dievakuasi dan berjalan kaki, termasuk anak-anak kami. Tidak ada transportasi.”

Mereka telah menyewa rumah susun di daerah lain, namun tidak ada tempat yang aman dan tidak ada jalan keluar.

Gaza telah berada di bawah blokade total sejak Minggu, sehari setelah Hamas menerobos tembok perbatasan dan menyerang warga Israel di dekatnya.

Sejak itu, tidak ada air, makanan, obat-obatan, dan listrik.

Bahkan bantuan kemanusiaan pun dilarang.

“Saat penyerangan terjadi, semua orang ada di sekitar kami,” kata Hana.

“Tempat yang kami sewa ini tidak memiliki pintu dan keamanannya tidak baik.”

“Sumpah demi Tuhan, kami takut. Kami duduk di sini ketakutan.”

Sejak serangan hari Sabtu, ribuan orang telah terbunuh, baik dari pihak Palestina maupun Israel.

Militer Israel mengatakan lebih dari 1.300 orang tewas dan sedikitnya 97 orang disandera oleh Hamas, sementara Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan 1.400 warga Palestina tewas dan lebih dari 5.600 orang terluka.

Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (UNOCHA) memperkirakan lebih dari 338.000 orang mengungsi di Gaza.

Saat ini Hana tinggal sementara di apartemen kontrakan bersama kedua putranya dan keluarganya yang berjumlah 25 orang.

Salah satu putranya, Mahmoud, mengatakan anak-anaknya sulit tidur di tengah penembakan yang tak henti-hentinya.

Di sela-sela ledakan bom, anak-anak hanya bisa mencoba duduk tenang sambil berpelukan.

Suara ledakan terdengar tak jauh dari tempat tinggal mereka.

Wanita berusia 47 tahun itu menyeka air mata dengan hijabnya saat memasak sisa makanan yang tersisa di kompor gas.

Persediaan makanan mereka akan habis Jumat ini.

“Kami menjaga diri kami semaksimal mungkin. Kami makan dan minum apa yang kami punya,” kata Hana.

“Setelah itu, kecuali ada pertolongan, ada yang bisa membantu, kondisi kami akan jauh lebih buruk.”

Meskipun masyarakat di sini terbiasa dengan kondisi ketidakpastian, eskalasi konflik yang terjadi belakangan ini merupakan yang terburuk dalam beberapa dekade dan cukup mengejutkan.

Hampir seminggu sejak pertempuran dimulai, kondisi masih jauh dari puncaknya.

Lebih dari 100 sandera Israel masih berada di Gaza, sementara pertempuran juga terjadi di utara Israel, yang berbatasan dengan Lebanon.

Sementara itu, jumlah bentrokan di Tepi Barat juga semakin meningkat.

Di Yerusalem, sejumlah pihak memperkirakan ketegangan akan meningkat ketika salat Jumat digelar di Masjid Al-Aqsa hari ini.

Berpegang teguh pada agama merupakan hal yang dilakukan banyak orang di belahan dunia saat berada dalam kondisi putus asa.

Saat penembakan dimulai, Hana’ dan keluarganya pergi dan bersembunyi di loteng.

“Kami memohon kepada Tuhan agar Tuhan menyelesaikan masalah ini, mempermudahnya, dan menjadikan masalah ini lebih baik bagi semua orang,” katanya.

“Dan mari kita kembali ke rumah. Untuk mencari tempat tinggal.”

Hal ini juga dirasakan oleh banyak orang di Gaza.

Di luar sana banyak keluarga seperti Hana’ Nayem yang mulai mengungsi dengan berjalan kaki.

Seorang ayah sedang menggendong seorang anak perempuan, dan dua anak lainnya berjalan di belakangnya.

Orang-orang berusaha berteriak, terdengar hiruk-pikuk klakson, dan suara dengung mobil.

Kemudian terdengar ledakan lagi dan asap mulai mengepul.

Serangan lain baru saja dimulai.

Sumber: ABC Australia – detikNews / Erwin Renaldi dari artikelnya dalam bahasa Inggris