Rusia Impor Chip Terlarang, Dihargai Rp 26,9 Triliun dari AS dan Eropa

RediksiaSenin, 29 Januari 2024 | 13:59 WIB
Rusia Impor Chip Terlarang, Dihargai Rp 26,9 Triliun dari AS dan Eropa
Ilustrasi chip semikonduktor. Foto: Dok. TSMC

Diksia.com - Seiring dengan nasib yang sama dengan China, Rusia kini terjerat dalam embargo yang diterapkan Amerika Serikat terkait impor chip. Ironisnya, mereka masih mampu melanggar larangan tersebut dengan membeli chip terlarang dari AS dan Uni Eropa.

Tak bisa dipandang sebelah mata, nilai impor chip terlarang ini mencapai puncaknya, mencatat angka sebesar USD 1,7 miliar atau setara dengan Rp 26,9 triliun selama tahun 2023. Menurut sumber rahasia dari layanan bea cukai Rusia yang diungkap oleh Bloomberg, data ini menggambarkan ketidakmampuan sistem pengawasan.

Dari data tersebut, terungkap bahwa dalam periode sembilan bulan pertama pada tahun 2023, lebih dari setengah dari impor chip ini berasal dari nama-nama besar seperti Intel, AMD, Analog Devices, Infineon Technologies, STMicroelectronics, dan NXP Semiconductors.

Namun, ironisnya, data ini tidak bersedia membuka tabir perusahaan mana yang sebenarnya melibatkan diri dalam mengimpor chip terlarang tersebut ke Rusia. Informasi seperti asal negara produk dan tanggal produksi juga tetap menjadi misteri gelap.

Kehebatan Rusia dalam menerobos embargo global ini menyoroti kerentanannya. Meskipun embargo ketat diterapkan, Rusia tetap mampu memasukkan chip terlarang untuk mendukung agenda invasinya ke Ukraina.

Ini juga mengungkapkan kompleksitas rantai pasokan global, khususnya dalam industri chip, yang mengharuskan chip berpindah tangan melalui berbagai distributor dan reseller.

Selain itu, banyak dugaan bahwa sebagian besar chip masuk ke Rusia melalui skema ekspor ulang melalui negara-negara pihak ketiga seperti China, Turki, dan Uni Emirat Arab. Informasi ini diambil dari Techspot pada Senin, 29 Januari 2024.

Dalam analisis data yang sama, terlihat bahwa jumlah impor chip berkurang pada paruh kedua tahun 2023. Fakta ini mengindikasikan bahwa AS, Uni Eropa, dan aliansi Group of Seven mulai meningkatkan ketatnya sanksi embargo terhadap Rusia.

Namun, Rusia tetap mampu mengecoh kendala embargo yang semakin ketat. Bahkan, sumber anonim dari pemerintah AS menyatakan bahwa Rusia memiliki jaringan penyelundup di dalam badan intelijen dan Kementerian Pertahanan mereka.