Diksia.com - Elon Musk kembali memicu kontroversi dengan menuding imigran dari Haiti sebagai kanibal dan menegaskan mereka tak boleh berimigrasi ke Amerika Serikat. Tudingan ini muncul di tengah ketegangan politik yang memuncak di negara kepulauan tersebut.
Perdana Menteri Haiti, Ariel Henry, menyatakan kesediaannya untuk mengundurkan diri jika negara-negara Karibia lainnya sepakat membentuk pemerintahan transisi atas nama Haiti.
Pernyataan ini memicu kemarahan di kalangan warga Haiti, memicu gelombang protes massal yang menyebabkan kerusuhan di jalanan dan pembakaran ban.
Musk menggunakan platform media sosialnya untuk mengangkat isu klaim kanibalisme yang tak terverifikasi dan sensasional yang muncul dari situasi konflik tersebut.
Dia mengirimkan tautan ke sebuah video yang diklaimnya sebagai bukti adanya praktik kanibalisme di Haiti. Namun, video tersebut segera dihapus oleh pihak terkait.
Menariknya, bahkan perusahaan media sosial yang dimiliki Musk pun tidak memberikan dukungan terhadap postingan tersebut.
Sejak pengambilalihan Musk terhadap perusahaan yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter, kasus ujaran kebencian memang semakin merajalela di platform tersebut.
Musk telah beberapa kali membuat pernyataan rasis di media sosialnya. Pada bulan Januari, ia menyatakan pandangannya bahwa mahasiswa kulit hitam di Historically Black Colleges and Universities (HBCUs) memiliki IQ yang lebih rendah sehingga tidak layak menjadi pilot.
Pada akhir pekan, Musk mengirimkan cuitan mengenai geng kanibal di Haiti.
“Peradaban itu rapuh,” tulisnya sebagai tanggapan atas video yang telah dihapus, yang mengklaim adanya geng kanibal yang memakan bagian tubuh manusia.
Minggu ini, Musk juga mendukung pandangan komentator sayap kanan, Ian Miles Cheong, yang mengklaim bahwa ada geng kanibal di Haiti yang menculik dan memakan orang.
“Jika upaya untuk menyaring imigran berdasarkan potensi tindak kekerasan dan kanibalisme membuat saya disebut sebagai ‘sayap kanan’, saya dengan senang hati menerima label tersebut!” tulis Musk.
“Kegagalan untuk melakukannya akan menempatkan warga Amerika yang tidak bersalah dalam risiko kematian,” tambahnya, tanpa menyajikan bukti konkret atas klaimnya.
Postingan tersebut kemungkinan besar merupakan propaganda yang dirancang oleh geng untuk menimbulkan rasa takut.
Meskipun masih ada kemungkinan bahwa para pemimpin geng tersebut memang terlibat dalam tindakan mengerikan seperti itu, menggeneralisasinya dianggap menyesatkan.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS menyatakan bahwa mereka tidak menerima laporan yang dapat dipercaya mengenai praktik kanibalisme di Haiti.
Sumber: detikInet / Fino Yurio Kristo