Diksia.com - Bagi kamu yang tertarik dengan sejarah dan budaya Nusantara, Sulalatus Salatin wajib masuk daftar bacaanmu. Karya sastra Melayu klasik ini tak hanya menyuguhkan kisah para raja, tapi juga sarat dengan nilai-nilai luhur dan kearifan hidup yang relevan hingga saat ini.
Sulalatus Salatin atau Sejarah Melayu adalah salah satu karya sastra sejarah yang terpenting dan terkenal di dunia. Karya ini menceritakan tentang asal-usul, kejayaan, dan kehancuran Kesultanan Melaka yang merupakan pusat peradaban Melayu pada abad ke-15 hingga ke-16. Sulalatus Salatin juga mengandung banyak nilai-nilai budaya, adat istiadat, dan falsafah hidup masyarakat Melayu lama.
Sulalatus Salatin, yang diterjemahkan sebagai “Salasilah Raja-Raja”, diperkirakan ditulis pada abad ke-17. Tokoh yang diyakini sebagai penulis utamanya adalah Tun Sri Lanang, seorang pujangga dan diplomat ulung Kerajaan Johor.
Namun, hingga kini misteri di balik proses penulisannya masih menjadi perdebatan. Ada anggapan bahwa Sulalatus Salatin merupakan kompilasi dari berbagai sumber lisan dan tertulis yang dihimpun oleh Sri Lanang.
Karya ini terbagi menjadi beberapa bagian, dengan fokus utama pada sejarah Kesultanan Malaka. Kamu akan diajak menelusuri perjalanan para raja, mulai dari Parameswara, sang pendiri, hingga Sultan Mahmud Shah, yang harus menghadapi kejatuhan Malaka ke tangan Portugis pada 1511.
Kisah heroik, intrik politik, dan pembelajaran berharga tentang kepemimpinan dan keadilan dibahas secara detail. Kamu akan menyaksikan bagaimana para raja membangun kejayaan Malaka sebagai pusat perdagangan dan pusat penyebaran Islam di Nusantara, sekaligus perjuangan mereka mempertahankan tanah air dari serangan penjajah.
Latar Belakang Penulisan
Sulalatus Salatin ditulis oleh beberapa orang pengarang Melayu yang berbeda-beda pada waktu dan tempat yang berlainan. Versi asli karya ini diyakini ditulis di Melaka sebelum tahun 1511, ketika kota itu ditaklukkan oleh Portugis.
Naskah asli kemudian dibawa ke Johor oleh Sultan Mahmud Syah, penguasa terakhir Melaka, yang melarikan diri ke Sumatera. Di sana, naskah ini disalin dan disunting oleh beberapa orang pengikutnya.