Novel ini berakhir dengan kemenangan sementara dari Minke dan Nyai Ontosoroh, yang berhasil memenangkan gugatan di pengadilan, dan mempertahankan hak mereka atas rumah dan perkebunan mereka.
Namun, kisah cinta mereka masih belum bahagia, karena Minke harus berpisah dengan Annelies, yang dibawa ke Belanda oleh pamannya, Maurits Mellema, dengan dalih untuk mengobati penyakitnya. Minke berjanji untuk mengejar Annelies, dan berharap untuk bertemu dengannya lagi.
Kesimpulan Novel Bumi Manusia
Novel Bumi Manusia adalah novel yang menggambarkan kondisi masyarakat Indonesia pada masa penjajahan Belanda, dengan segala konflik dan perjuangannya. Novel ini juga mengisahkan kisah cinta yang tragis antara Minke dan Annelies, yang terhalang oleh perbedaan ras, kelas, dan budaya.
Novel ini mengajak pembaca untuk merasakan empati, kritik, dan semangat juang dari tokoh-tokohnya, yang merupakan representasi dari bangsa Indonesia. Novel ini juga memiliki nilai-nilai yang relevan hingga saat ini, seperti nilai humanis, nasionalis, dan feminis. Novel ini menunjukkan bahwa setiap manusia memiliki hak dan martabat yang sama, tanpa memandang ras, kelas, atau gender.
Novel ini juga menunjukkan bahwa bangsa Indonesia harus bersatu dan berani melawan segala bentuk penindasan dan ketidakadilan. Novel ini juga menunjukkan bahwa wanita Indonesia memiliki potensi dan kemampuan yang besar, yang harus dihargai dan dihormati.
Novel Bumi Manusia adalah novel yang layak untuk dibaca dan dipelajari, karena ia merupakan salah satu karya sastra Indonesia yang kaya akan makna dan pesan. Novel ini juga merupakan salah satu karya Pramoedya Ananta Toer, yang diakui sebagai salah satu penulis terbaik di dunia.