Tokoh utama wanita dalam novel ini adalah Annelies, seorang gadis Indo yang cantik dan manis. Annelies adalah anak dari Nyai Ontosoroh, seorang wanita pribumi yang menjadi istri tidak resmi dari Herman Mellema, seorang pedagang Belanda.
Nyai Ontosoroh adalah seorang wanita yang cerdas, mandiri, dan berwibawa. Ia mengurus perkebunan dan pabrik gula milik suaminya, yang ditinggalkannya di Jawa. Ia juga mengurus anak-anaknya, yaitu Annelies dan Robert. Robert adalah kakak Annelies, yang berwatak sombong, kasar, dan iri pada adiknya.
Alur Cerita Novel Bumi Manusia
Novel Bumi Manusia mengikuti kisah cinta antara Minke dan Annelies, yang penuh dengan rintangan dan konflik. Kisah ini dimulai ketika Minke datang ke rumah Nyai Ontosoroh untuk mewawancarai Herman Mellema, yang sedang sakit keras.
Di sana, ia bertemu dengan Annelies, dan langsung jatuh cinta padanya. Ia juga kagum dengan Nyai Ontosoroh, yang menunjukkan sikap yang berbeda dari wanita pribumi pada umumnya. Ia sering kali datang ke rumah Nyai Ontosoroh, dan menjalin hubungan yang dekat dengan Annelies dan ibunya.
Namun, cinta mereka tidak mendapat restu dari keluarga Minke, terutama ayahnya, yang baru saja diangkat menjadi bupati. Ayah Minke tidak menyetujui Minke bersama Annelies, karena ia menganggapnya sebagai anak dari wanita rendahan, yaitu Nyai. Ayah Minke juga tidak suka dengan sikap Minke yang mulai kritis terhadap sistem kolonial dan budaya Jawa. Ia ingin Minke menjadi anak yang patuh dan taat, yang mengikuti kehendak penguasa Belanda.
Selain itu, cinta mereka juga mendapat ancaman dari keluarga Mellema di Belanda, yang menuntut hak waris atas harta Herman Mellema, setelah ia meninggal. Keluarga Mellema menganggap Nyai Ontosoroh dan anak-anaknya sebagai orang-orang yang tidak sah, dan berusaha untuk mengusir mereka dari rumah dan perkebunan mereka. Mereka juga berusaha untuk memisahkan Annelies dari Minke, dengan mengancam akan membawanya ke Belanda.
Minke dan Nyai Ontosoroh tidak tinggal diam, dan berjuang untuk mempertahankan hak mereka. Mereka mendapat bantuan dari beberapa tokoh, seperti Dr. Martinet, seorang dokter Belanda yang bersahabat dengan Minke, May Marle, seorang jurnalis Belanda yang simpatik pada nasib pribumi, dan Ki Ageng Suryomenggolo, seorang tokoh nasionalis yang menjadi guru Minke. Mereka juga mendapat dukungan dari masyarakat pribumi, yang mulai bangkit melawan penindasan kolonial.