Ringkasan Novel Laut Bercerita: Kisah Perjuangan dan Pengorbanan Aktivis

RediksiaMinggu, 4 Februari 2024 | 09:59 WIB
Ringkasan Novel Laut Bercerita, Kisah Perjuangan dan Pengorbanan Aktivis
Ringkasan Novel Laut Bercerita, Kisah Perjuangan dan Pengorbanan Aktivis

Diksia.com - Novel Laut Bercerita karya Leila S. Chudori adalah salah satu novel fiksi sejarah yang mengangkat tema penghilangan aktivis mahasiswa pada masa Orde Baru. Novel ini bercerita tentang kehidupan dan perjuangan Biru Laut Wibisana, seorang mahasiswa Sastra Inggris di Universitas Gadjah Mada, yang bersama teman-temannya membentuk kelompok perlawanan Wirasena dan Winatra.

Novel ini juga menggambarkan dampak dari penghilangan tersebut bagi keluarga, sahabat, dan cinta yang ditinggalkan. Novel ini telah mendapatkan banyak apresiasi dari para pembaca dan kritikus, serta telah diadaptasi ke dalam bentuk film pendek dan terjemahan bahasa Inggris. Dalam artikel ini, kita akan membahas ringkasan novel Laut Bercerita dan pesan yang ingin disampaikan oleh penulisnya.

Alur Novel Laut Bercerita

Novel Laut Bercerita terdiri dari dua babak yang masing-masing memiliki sudut pandang yang berbeda. Babak pertama diceritakan dari sudut pandang Biru Laut, yang mengisahkan kembali perjalanan hidupnya dari masa kecil hingga saat-saat terakhir sebelum ia ditangkap oleh aparat negara. Babak kedua diceritakan dari sudut pandang Asmara Jati, adik Biru Laut, yang mengisahkan bagaimana ia dan keluarganya mencari kebenaran dan keadilan atas nasib kakaknya.

Babak Pertama: Biru Laut

Biru Laut Wibisana adalah seorang anak yang tumbuh dalam keluarga yang mencintai sastra. Ayahnya adalah seorang wartawan yang sering membacakan puisi dan cerita kepada anak-anaknya, sedangkan ibunya adalah seorang ibu rumah tangga yang pandai memasak. Biru Laut memiliki seorang adik laki-laki bernama Asmara Jati, yang lebih suka hal-hal yang berbau sains dan logika. Biru Laut sendiri sangat tertarik dengan sastra, terutama karya-karya yang berani mengkritik keadaan sosial dan politik. Ia juga memiliki rasa keadilan yang tinggi dan tidak suka dengan ketidakadilan yang terjadi di sekitarnya.

Saat kuliah di Universitas Gadjah Mada, Biru Laut bertemu dengan Kinan, Alex, Daniel, Sunu, dan Bram, yang menjadi sahabat-sahabatnya. Mereka berlima memiliki latar belakang dan minat yang berbeda-beda, tetapi mereka bersatu dalam satu tujuan, yaitu melawan rezim Orde Baru yang dianggap otoriter dan korup. Mereka membentuk kelompok perlawanan Wirasena dan Winatra, yang melakukan berbagai aksi protes dan propaganda. Biru Laut menjadi sekretaris jenderal Wirasena, sedangkan Bram menjadi ketuanya. Mereka juga menjalin hubungan asmara dengan beberapa wanita, seperti Rani, Nia, dan Sari.

Namun, kegiatan mereka tidak luput dari pengawasan aparat negara, yang mulai menangkap dan menghilangkan para aktivis mahasiswa. Salah satu korban pertama adalah Alex, yang ditangkap dan disiksa hingga tewas. Kemudian, giliran Bram yang ditangkap dan dibunuh. Biru Laut dan teman-temannya semakin ketakutan dan berusaha menyelamatkan diri. Mereka berpencar ke berbagai tempat, seperti Jakarta, Bandung, Bali, dan luar negeri. Biru Laut sendiri bersembunyi di rumah pamannya di Jakarta, tetapi ia tidak bisa tenang. Ia merasa bersalah karena tidak bisa membantu teman-temannya dan tidak bisa memberi kabar kepada keluarganya. Ia juga merindukan Sari, kekasihnya yang sedang hamil.

Pada suatu malam, Biru Laut mendapat telepon dari Kinan, yang mengatakan bahwa ia telah menemukan cara untuk menyelamatkan Biru Laut. Ia mengajak Biru Laut untuk bertemu di sebuah tempat. Biru Laut pun berangkat dengan harapan dan kecurigaan. Sesampainya di tempat yang ditunjuk, Biru Laut disergap oleh sekelompok orang bersenjata, yang ternyata adalah aparat negara yang bekerja sama dengan Kinan.

Biru Laut merasa dikhianati oleh Kinan, yang ternyata adalah mata-mata yang sudah lama menyusup ke kelompok mereka. Biru Laut kemudian ditangkap dan dibawa ke tempat yang tidak diketahui. Di sana, ia disiksa dan diinterogasi, tetapi ia tetap tidak mau mengaku dan memberi informasi. Ia hanya berharap agar Sari dan anaknya selamat, dan agar Asmara dan keluarganya tidak berhenti mencarinya.

Babak Kedua: Asmara Jati

Asmara Jati adalah seorang anak yang tumbuh dalam bayang-bayang kakaknya, Biru Laut. Ia sangat mengagumi kakaknya, yang selalu cerdas, berani, dan peduli. Ia juga sangat menyayangi kakaknya, yang selalu melindungi dan menghiburnya. Ia sering mendengarkan cerita-cerita kakaknya tentang sastra, politik, dan cinta. Ia juga sering bermain dengan kakaknya dan teman-temannya, seperti Kinan, Alex, Daniel, Sunu, dan Bram. Ia merasa bahagia dan bangga memiliki kakak seperti Biru Laut.

Namun, kebahagiaan itu berubah menjadi kesedihan dan kebingungan ketika Biru Laut menghilang tanpa jejak. Asmara dan keluarganya tidak tahu apa yang terjadi dengan Biru Laut, apakah ia masih hidup atau sudah mati, apakah ia ditangkap atau melarikan diri, apakah ia bersalah atau tidak. Mereka mencoba mencari tahu keberadaan Biru Laut, tetapi mereka tidak mendapat jawaban yang pasti. Mereka hanya mendapat kabar buruk tentang teman-teman Biru Laut yang juga menghilang atau tewas. Mereka juga mendapat tekanan dan ancaman dari pihak-pihak yang tidak suka dengan aktivitas Biru Laut. Mereka harus hidup dalam ketakutan dan kesendirian.

Asmara pun tumbuh menjadi seorang pemuda yang pendiam dan tertutup. Ia tidak tertarik dengan hal-hal yang biasa disukai oleh remaja seusianya, seperti musik, olahraga, atau pacaran. Ia lebih suka membaca buku-buku tentang sains, matematika, dan fisika. Ia juga gemar menggambar dan melukis, terutama gambar-gambar yang berhubungan dengan laut. Ia merasa bahwa laut adalah simbol dari kakaknya, yang luas, dalam, dan misterius. Ia berharap bahwa suatu hari nanti, laut akan memberitahunya apa yang sebenarnya terjadi dengan kakaknya.

Pada tahun 2000, Asmara mendapat kesempatan untuk melanjutkan studinya di Amerika Serikat. Ia mendapat beasiswa untuk kuliah di bidang fisika di Massachusetts Institute of Technology (MIT). Ia pun berangkat dengan harapan dan keraguan. Ia berharap bahwa dengan pergi ke negeri orang, ia bisa menemukan jalan keluar dari keterpurukan dan ketidakpastian. Ia juga berharap bahwa dengan belajar fisika, ia bisa memahami fenomena-fenomena alam yang sulit dipahami, termasuk fenomena kehilangan kakaknya. Ia ragu apakah ia bisa meninggalkan keluarganya yang masih berduka dan membutuhkan dukungannya. Ia juga ragu apakah ia bisa beradaptasi dengan lingkungan dan budaya yang berbeda.

Di Amerika, Asmara bertemu dengan berbagai orang yang membantunya berkembang dan berubah. Ia bertemu dengan profesor-profesor yang mengajarinya tentang fisika, seperti Prof. Brian Greene, Prof. Lisa Randall, dan Prof. Alan Guth. Ia bertemu dengan teman-teman sekelasnya yang berasal dari berbagai negara dan latar belakang, seperti David, Maria, Chen, dan Ali. Ia bertemu dengan wanita-wanita yang menarik hatinya, seperti Sarah, Anna, dan Zoe. Ia juga bertemu dengan orang-orang yang terlibat dalam gerakan hak asasi manusia, seperti John, Rachel, dan Kevin. Mereka semua memberinya wawasan, pengalaman, dan inspirasi yang baru.

Di sisi lain, Asmara juga menghadapi berbagai tantangan dan masalah yang menguji dirinya. Ia harus berjuang dengan kesulitan akademik, budaya, dan finansial. Ia harus mengatasi rasa rindu, kesepian, dan depresi. Ia harus menghadapi konflik, diskriminasi, dan kekerasan. Ia juga harus mengambil keputusan-keputusan penting yang menentukan masa depannya. Ia harus memilih antara melanjutkan studinya atau kembali ke Indonesia, antara menikah atau tidak, antara melupakan atau mencari kakaknya.

Pada tahun 2004, Asmara mendapat kabar yang mengguncang hatinya. Ia mendengar bahwa ada sebuah film pendek yang dibuat oleh seorang sutradara Indonesia, yang berjudul Laut Bercerita. Film ini diadaptasi dari novel Laut Bercerita karya Leila S. Chudori, yang baru saja diterbitkan di Indonesia. Film ini menceritakan tentang kisah Biru Laut dan teman-temannya, yang menghilang pada masa Orde Baru. Film ini juga menampilkan wajah-wajah yang mirip dengan Biru Laut dan teman-temannya, yang diperankan oleh aktor-aktor muda Indonesia. Film ini mendapat banyak perhatian dan pujian dari penonton dan kritikus, baik di Indonesia maupun di luar negeri. Film ini juga mendapat banyak kontroversi dan protes dari pihak-pihak yang tidak setuju dengan isi dan pesan film tersebut.

Asmara pun merasa bingung dan penasaran dengan film ini. Ia ingin menonton film ini, tetapi ia tidak tahu bagaimana caranya. Ia ingin tahu apakah film ini benar-benar menceritakan kisah kakaknya, atau hanya fiksi belaka. Ia ingin tahu siapa yang membuat film ini, dan apa tujuannya. Ia ingin tahu apakah film ini bisa membuka tabir misteri yang menyelimuti nasib kakaknya. Ia ingin tahu apakah film ini bisa memberinya harapan atau hanya menambah luka.

Asmara pun memutuskan untuk kembali ke Indonesia, setelah 4 tahun tidak pulang. Ia ingin menemui keluarganya, yang masih menanti kepastian tentang Biru Laut. Ia ingin menemui Sari, yang telah melahirkan anak Biru Laut, yang bernama Laut. Ia ingin menemui Kinan, yang ternyata masih hidup dan menjadi saksi kunci dalam kasus penghilangan aktivis. Ia juga ingin menemui Leila S. Chudori, penulis novel Laut Bercerita, yang mengaku mendapat inspirasi dari kisah nyata Biru Laut dan teman-temannya.

Di Indonesia, Asmara menemukan jawaban-jawaban yang ia cari, tetapi juga pertanyaan-pertanyaan baru yang ia hadapi. Ia mengetahui bahwa novel Laut Bercerita adalah hasil dari penelitian dan wawancara yang dilakukan oleh Leila S. Chudori selama bertahun-tahun, dengan berbagai sumber dan dokumen yang terkait dengan kasus penghilangan aktivis. Ia mengetahui bahwa film Laut Bercerita adalah hasil dari kerjasama antara Leila S. Chudori dan Riri Riza, seorang sutradara muda yang terkenal dengan film-filmnya yang berani dan kritis. Ia mengetahui bahwa novel dan film Laut Bercerita adalah bentuk dari ekspresi dan advokasi yang dilakukan oleh Leila S. Chudori dan Riri Riza, untuk mengangkat isu-isu yang penting dan sensitif, seperti hak asasi manusia, demokrasi, dan kebenaran.

Ia juga mengetahui bahwa novel dan film Laut Bercerita telah memberikan dampak yang besar bagi masyarakat Indonesia, khususnya bagi para korban dan keluarga penghilangan aktivis. Ia mengetahui bahwa novel dan film Laut Bercerita telah menjadi sumber informasi, inspirasi, dan motivasi bagi banyak orang, untuk terus berjuang dan berharap. Ia mengetahui bahwa novel dan film Laut Bercerita telah menjadi alat komunikasi, edukasi, dan rekonsiliasi bagi banyak pihak, untuk saling memahami dan menghormati. Ia mengetahui bahwa novel dan film Laut Bercerita telah menjadi simbol dari perlawanan, pengorbanan, dan cinta yang tak pernah padam.

Namun, ia juga mengetahui bahwa novel dan film Laut Bercerita tidak bisa memberikan kepastian dan keadilan yang ia inginkan. Ia mengetahui bahwa novel dan film Laut Bercerita tidak bisa mengembalikan Biru Laut dan teman-temannya yang telah hilang. Ia mengetahui bahwa novel dan film Laut Bercerita tidak bisa menghapus rasa sakit dan duka yang ia rasakan. Ia mengetahui bahwa novel dan film Laut Bercerita tidak bisa menggantikan kehadiran dan kasih sayang yang ia butuhkan.

Asmara pun harus memilih antara terus mencari atau menerima kenyataan. Ia harus memilih antara hidup di masa lalu atau di masa kini. Ia harus memilih antara menyalahkan atau memaafkan. Ia harus memilih antara menyerah atau melanjutkan.

Pesan Novel Laut Bercerita

Novel Laut Bercerita adalah novel yang memiliki pesan-pesan yang kuat dan mendalam, yang bisa kita ambil sebagai pelajaran dan inspirasi. Berikut adalah beberapa pesan yang bisa kita temukan dalam novel ini:

Mengingatkan kita tentang sejarah

Novel ini mengingatkan kita tentang sejarah yang kelam, tetapi juga penting, yaitu tentang penghilangan aktivis mahasiswa pada masa Orde Baru. Novel ini mengajak kita untuk tidak melupakan dan mengabaikan kejadian-kejadian tersebut, tetapi juga untuk tidak membencinya dan membalasnya. Novel ini mengajak kita untuk menghargai dan menghormati para korban dan keluarga mereka, yang telah berjuang dan berkorban demi kebenaran dan keadilan. Novel ini mengajak kita untuk belajar dari kesalahan dan kegagalan masa lalu, dan untuk memperbaiki dan membangun masa depan yang lebih baik.

Menunjukkan kita tentang kekuatan dan kelemahan manusia

Novel ini menunjukkan kita tentang kekuatan dan kelemahan manusia, yang bisa kita lihat dari karakter-karakter yang ada dalam novel ini. Novel ini menunjukkan kita bahwa manusia bisa menjadi pemberani dan pejuang, seperti Biru Laut dan teman-temannya, yang tidak takut menghadapi tantangan dan bahaya. Novel ini juga menunjukkan kita bahwa manusia bisa menjadi pengkhianat dan pengecut, seperti Kinan, yang tidak setia dan tidak jujur. Novel ini menunjukkan kita bahwa manusia bisa menjadi penyayang dan pengasih, seperti Sari, yang tetap mencintai dan merawat anak Biru Laut.

Novel ini juga menunjukkan kita bahwa manusia bisa menjadi pendendam dan penyerang, seperti aparat negara, yang tidak berbelas kasih dan tidak beradab. Novel ini menunjukkan kita bahwa manusia bisa menjadi pencari dan penemu, seperti Asmara, yang tidak berhenti mencari kakaknya. Novel ini juga menunjukkan kita bahwa manusia bisa menjadi penyerah dan penyesal, seperti Asmara, yang tidak bisa menerima kenyataan.

Memberikan kita harapan bahwa para aktivis masih hidup

Novel ini memberikan kita harapan bahwa ada kemungkinan bahwa Biru Laut dan teman-temannya masih hidup, dan bahwa mereka akan ditemukan dan dibebaskan. Novel ini juga memberikan kita keajaiban bahwa ada orang-orang yang peduli dan berani, seperti Leila S. Chudori dan Riri Riza, yang membuat novel dan film Laut Bercerita, yang bisa membuka mata dan hati banyak orang tentang kisah-kisah yang terlupakan dan terabaikan.

Novel ini memberikan kita harapan bahwa ada keadilan dan kebenaran yang akan terungkap, dan bahwa ada rekonsiliasi dan perdamaian yang akan tercipta. Novel ini juga memberikan kita keajaiban bahwa ada cinta dan kasih sayang yang tidak pernah hilang, dan bahwa ada kehidupan dan kebahagiaan yang bisa diraih.