Okky Madasari: Novelis Perempuan yang Menulis tentang Perlawanan

RediksiaSenin, 8 Januari 2024 | 09:31 WIB
Okky Madasari: Novelis Perempuan yang Menulis tentang Perlawanan
Okky Madasari: Novelis Perempuan yang Menulis tentang Perlawanan

Diksia.com - Okky Madasari adalah salah satu novelis perempuan Indonesia yang terkenal dengan karya-karyanya yang mengangkat tema-tema sosial dan politik di Indonesia. Okky sering menulis tentang perlawanan terhadap ketidakadilan dan penindasan, serta perjuangan untuk meraih kebebasan dan kemanusiaan.

Latar Belakang

Okky lahir pada 30 Oktober 1984 di Magetan, Jawa Timur. Ia lulus dari Jurusan Hubungan Internasional Universitas Gadjah Mada pada tahun 2005 dengan gelar sarjana ilmu politik. Setelah lulus, ia memilih untuk menjadi jurnalis dan penulis. Pada tahun 2012, ia melanjutkan studi magister di bidang sosiologi di Universitas Indonesia, dan lulus pada tahun 2014 dengan tesis berjudul Genealogi Novel-Novel Indonesia: Kapitalisme, Islam, dan Sastra Perlawanan.

Pada tahun 2019, Okky mendapatkan beasiswa penuh dari Universitas Nasional Singapura (NUS) untuk menempuh program doktor di universitas tersebut. Okky saat ini sedang menulis tesis doktoralnya tentang sensor budaya di era pasca-totaliter Indonesia.

Karya-Karya

Novel-novel Okky selalu berusaha mengangkat isu-isu seputar hak asasi manusia dan kebebasan, serta menggambarkan perjuangan melawan berbagai bentuk represi. Okky dikenal sebagai seorang realis. Semua novelnya berusaha menggambarkan Indonesia dan masyarakatnya, beserta masalah-masalah dasar dan universal yang dihadapi umat manusia.

Novel-novelnya mendapat pujian di seluruh Indonesia. Apsanti Djokosujatno, salah satu kritikus sastra Indonesia yang terkemuka dari Universitas Indonesia, menyatakan bahwa karya-karya Okky sudah termasuk dalam kategori kanon dan akan dianggap sebagai klasik. Apsanti bahkan menyebut Okky sebagai Pramoedya Ananta Toer berikutnya.

Novel pertama Okky, Entrok (2010), menceritakan tentang kehidupan Indonesia di bawah rezim diktator Suharto dan bagaimana masyarakat berusaha bertahan di bawah tekanan dominasi militer4

Novel kedua Okky, 86 (2011), menggambarkan korupsi di negeri ini dan di kalangan para pegawai negeri. Novel ini masuk dalam lima besar nominasi Kusala Sastra Khatulistiwa pada tahun 2011.

Novel ketiga Okky, Maryam (2012), menggambarkan penganiayaan terhadap Ahmadiyah yang sering menjadi sasaran kekerasan dan diskriminasi agama di Indonesia dan di tempat lain. Novel ini berhasil memenangkan Kusala Sastra Khatulistiwa pada tahun 2012, dan membuat Okky menjadi pemenang termuda sepanjang sejarah penghargaan tersebut.

Novel keempat Okky, Pasung Jiwa (2013), bercerita tentang seorang perempuan yang terjebak dalam pernikahan tanpa cinta dan mencari jalan keluar dari keterikatan sosial dan budaya. Novel kelima Okky, Kerumunan Terakhir (2016), bercerita tentang kebingungan generasi muda dalam menghadapi perubahan zaman, terutama yang disebabkan oleh kehadiran teknologi.

Pada tahun 2017, Okky mulai menulis novel anak dengan seri Mata yang terdiri dari empat buku: Mata di Tanah Melus (2018), Mata dan Rahasia Pulau Gapi (2018), Mata dan Manusia Laut (2019), dan Mata dan Dunia Tanpa Nama (2020). Seri ini mengajak anak-anak untuk mengenal berbagai budaya dan tradisi di Indonesia, serta menghargai keberagaman dan keindahan alam.

Gaya dan Pesan

Okky memiliki gaya menulis yang lugas, jelas, dan mengalir. Ia tidak banyak menggunakan metafora atau simbolisme, tetapi lebih mengandalkan fakta dan data untuk mendukung argumennya. Ia juga tidak segan-segan mengkritik atau mengekspos hal-hal yang salah atau tidak adil di masyarakat. Ia berusaha memberikan sudut pandang yang berbeda atau tidak populer, tetapi tetap relevan dan bermakna.

Pesan yang ingin disampaikan Okky melalui novel-novelnya adalah pentingnya kebebasan, kemanusiaan, dan toleransi. Ia ingin menginspirasi pembacanya untuk berani berpikir kritis, berempati, dan beraksi untuk mengubah dunia menjadi lebih baik. Ia juga ingin menunjukkan bahwa perempuan memiliki hak dan potensi yang sama dengan laki-laki, dan bisa menjadi agen perubahan sosial.

Kesimpulan

Okky Madasari adalah novelis perempuan yang menulis tentang perlawanan. Ia lahir dan besar di Indonesia, dan menempuh pendidikan di bidang ilmu politik dan sosiologi. Ia menulis novel-novel yang mengangkat isu-isu sosial dan politik di Indonesia, serta perjuangan untuk meraih kebebasan dan kemanusiaan.

Ia memiliki gaya menulis yang lugas, jelas, dan mengalir, serta pesan yang ingin disampaikan adalah pentingnya kebebasan, kemanusiaan, dan toleransi. Ia adalah salah satu novelis Indonesia yang patut dibaca dan diapresiasi.