Diksia.com - Di tengah hiruk-pikuk media sosial yang sering menampilkan kehidupan sempurna, muncul sebuah karya yang mengajak kita merenung lebih dalam tentang makna keluarga. Novel Yang Katanya Cemara karya Vania Winola menjadi sorotan sejak peluncurannya, menawarkan cerita autentik yang menyentuh hati banyak pembaca. Buku ini bukan sekadar fiksi biasa, melainkan perpaduan antara pengalaman pribadi dan pelajaran hidup yang relatable bagi siapa saja yang pernah merasakan dinamika rumah tangga.
Vania Winola, sebagai penulis, membawa nuansa segar ke dunia sastra Indonesia. Lahir di Surabaya, ia dikenal sebagai influencer muda yang kerap berbagi momen kehangatan keluarga melalui konten-kontennya. Panggilan akrab Cuplis atau Vandue menambah kesan dekat dengan pengikutnya. Dalam novel ini, Vania tidak hanya menulis, tapi juga membuka lembaran pribadinya, mengungkap bahwa apa yang terlihat di permukaan sering kali berbeda dengan realita di baliknya. Buku yang diterbitkan oleh Bukune ini pertama kali rilis pada 20 Desember 2023, dengan cetakan awal yang langsung menarik perhatian. Hingga awal 2025, novel ini sudah mencapai cetak ulang ke-7, menandakan popularitasnya yang terus meningkat.
Cerita dalam Novel Yang Katanya Cemara berpusat pada perjalanan seorang anak perempuan yang hidup dalam keluarga yang oleh orang luar disebut sebagai keluarga cemara, simbol keharmonisan dan kehangatan abadi. Namun, narasi ini mengupas lapis demi lapis, menunjukkan bahwa setiap rumah tangga punya cerita tersendiri. Protagonis, yang terinspirasi dari kehidupan Vania sendiri, menghadapi tantangan seperti perceraian orang tua dan adaptasi dengan figur ayah baru yang disebut Papa Ayok. Tanpa memberikan spoiler, buku ini menggambarkan proses penerimaan, di mana kebahagiaan tidak selalu datang dari kesempurnaan, melainkan dari keberanian menghadapi kenyataan.
Tema utama yang diusung sangat relevan dengan isu kontemporer. Pertama, makna sejati dari kebahagiaan keluarga. Vania menekankan bahwa harmoni rumah tangga bukan tentang absennya konflik, tapi bagaimana menyelesaikannya dengan komunikasi terbuka. Kita sering melihat keluarga ideal di media sosial, tapi novel ini mengingatkan bahwa di balik foto-foto bahagia, ada perjuangan emosional yang nyata. Kedua, pentingnya kejujuran antara orang tua dan anak. Cerita ini menyoroti bagaimana rahasia keluarga bisa menjadi beban, dan bagaimana keterbukaan bisa menjadi jalan menuju kedamaian. Tema lain mencakup pengorbanan, empati, dan saling menghargai, yang membuat buku ini cocok untuk pembaca remaja hingga dewasa.