Novel Siti Nurbaya: Kasih Tak Sampai, Kisah Cinta yang Melawan Tradisi

RediksiaKamis, 6 Juni 2024 | 21:18 WIB
Novel Siti Nurbaya: Kasih Tak Sampai, Kisah Cinta yang Melawan Tradisi
Novel Siti Nurbaya: Kasih Tak Sampai, Kisah Cinta yang Melawan Tradisi

Diksia.com - Kamu mungkin pernah mendengar tentang novel Siti Nurbaya: Kasih Tak Sampai, karya legendaris dari Marah Roesli yang pertama kali diterbitkan pada tahun 1922.

Novel ini bukan hanya sekadar kisah cinta biasa, tetapi juga potret perjuangan melawan tradisi yang membelenggu kebebasan individu, khususnya kaum perempuan pada masa itu.

Cerita ini berpusat pada Siti Nurbaya, seorang gadis cantik dan cerdas yang terpaksa menikah dengan Datuk Maringgih, seorang pria kaya yang jauh lebih tua, demi menyelamatkan ayahnya dari hutang.

Padahal, Nurbaya telah menjalin cinta dengan Samsulbahri, pemuda tampan yang juga mencintainya dengan tulus.

Perjalanan mereka menghadapi tekanan sosial dan tradisi yang mengharuskan mereka mengorbankan kebahagiaan pribadi demi memenuhi kewajiban keluarga dan masyarakat.

Meski sudah lebih dari satu abad berlalu sejak novel ini diterbitkan, pesan yang disampaikan tetap relevan.

Siti Nurbaya mengingatkan kita tentang pentingnya kebebasan dalam menentukan nasib sendiri dan menolak segala bentuk penindasan, baik dari segi budaya maupun ekonomi.

Perjuangan Siti Nurbaya adalah cermin bagi banyak perempuan yang hingga kini masih berjuang melawan praktik-praktik tradisional yang merugikan.

Marah Roesli, seorang dokter hewan yang juga sastrawan, berhasil menggambarkan konflik batin dan sosial dengan sangat mendalam.

Karyanya memberikan wawasan tentang kehidupan sosial masyarakat Minangkabau pada awal abad ke-20, sekaligus kritik terhadap adat yang dianggap tidak adil.

Gaya penulisan Marah Roesli yang memadukan unsur romantisme dan realisme membuat novel ini menjadi salah satu karya sastra yang paling berpengaruh di Indonesia.

Kepopuleran Siti Nurbaya membuatnya diadaptasi ke berbagai bentuk media, termasuk film, sinetron, dan teater. Hal ini menunjukkan bahwa kisah dan pesan dalam novel tersebut masih memiliki daya tarik yang kuat bagi generasi muda.

Misalnya, sinetron Siti Nurbaya yang tayang pada tahun 1991 berhasil membawa kembali cerita ini ke dalam kesadaran publik, terutama di kalangan generasi muda.