Diksia.com - Novel Pulang adalah salah satu karya sastra yang berhasil menarik perhatian pembaca Indonesia. Novel ini ditulis oleh dua penulis berbeda, yaitu Tere Liye dan Leila S. Chudori, yang masing-masing memiliki gaya dan latar belakang yang berbeda. Namun, keduanya memiliki tema yang sama, yaitu kisah perjuangan dan cinta di tengah konflik sejarah yang melanda Indonesia.
Novel Pulang Karya Tere Liye
Novel Pulang karya Tere Liye merupakan novel fiksi yang menceritakan kisah seorang anak laki-laki bernama Bujang yang tinggal di dasar rimba Sumatra bersama orang tuanya, Samad dan Midah. Hidupnya berubah drastis ketika ia bertemu dengan rombongan Tauke Besar yang datang untuk berburu di hutan.
Bujang ikut ke kota bersama rombongan tersebut dan meninggalkan talang untuk pertama kalinya. Di kota, Bujang diterima dengan baik oleh penghuni Keluarga Tong yang dipimpin oleh Tauke Besar. Ia mendapatkan pendidikan dan pelatihan yang membuatnya menjadi orang yang pintar, kuat, dan ahli dalam bertarung.
Namun, di balik semua itu, Bujang juga menyimpan rasa rindu dan penasaran akan asal-usulnya. Ia ingin kembali ke talang dan menemui orang tuanya, tetapi banyak halangan yang menghadangnya. Novel ini menggambarkan perjalanan pulang Bujang yang penuh dengan pertarungan, pengorbanan, dan pengkhianatan.
Novel Pulang karya Tere Liye memiliki alur yang cepat dan menegangkan. Penulis menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami, tetapi juga sarat dengan makna dan pesan. Novel ini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang arti keluarga, persahabatan, cinta, dan kebenaran.
Novel ini juga menyajikan gambaran tentang kehidupan masyarakat rimba yang masih alami dan harmonis, serta kontrasnya dengan kehidupan kota yang penuh dengan kekerasan dan ketidakadilan. Novel ini merupakan novel pertama dari trilogi Si Babi Hutan yang dilanjutkan dengan novel Bumi dan Bulan.
Novel Pulang Karya Leila S. Chudori
Novel Pulang karya Leila S. Chudori merupakan novel sejarah yang menceritakan kisah empat orang buangan politik akibat peristiwa 30 September 1965. Mereka adalah Dimas Suryo, Nugroho Dewantoro, Lintang Utara, dan Sri Wahyuni. Mereka terpaksa meninggalkan Indonesia dan hidup di negara asing, yaitu Prancis.