Alea yang tidak tahu menahu tentang permintaan sang kakek pun merasa keberatan dengan pernikahan ini. Ia tidak mau menikahi orang yang tidak ia cintai dan tidak mencintainya.
Ia juga tidak mau meninggalkan kehidupannya sebagai mahasiswi dan cita-citanya menjadi psikolog. Namun, ia tidak bisa melawan keputusan ayahnya yang sudah bulat. Ia pun pasrah menerima takdirnya sebagai istri Seno.
Seno sendiri juga tidak senang dengan pernikahan ini. Ia merasa terpaksa menikahi Alea karena tekanan dari ayahnya. Ia tidak mau terikat dengan wanita yang tidak ia kenal dan tidak ia sukai.
Ia juga tidak mau mengorbankan kebebasannya sebagai pria single yang bisa bermain dengan wanita mana saja. Namun, ia juga tidak bisa mengecewakan ayahnya yang sudah berjasa besar dalam hidupnya. Ia pun bersedia menikahi Alea asalkan ada kesepakatan antara mereka.
Kesepakatan itu adalah bahwa mereka hanya akan menjalani pernikahan semu selama tiga tahun. Setelah itu, mereka akan bercerai secara baik-baik tanpa ada ikatan apapun.
Selama tiga tahun itu, mereka juga harus menjaga nama baik keluarga masing-masing di depan publik dengan berpura-pura bahagia sebagai pasangan suami istri. Namun, di balik pintu rumah tangga mereka, mereka bebas melakukan apa saja tanpa mengganggu satu sama lain.
Alea pun setuju dengan kesepakatan itu. Ia berharap bahwa tiga tahun akan segera berlalu dan ia bisa bebas dari penjara hati sang CEO. Namun, apa yang ia harapkan ternyata tidak sesuai dengan kenyataan.
Selama tiga tahun itu, banyak hal yang terjadi antara Alea dan Seno yang membuat mereka saling mengenal lebih dalam.
Mereka mulai merasakan perasaan yang aneh dan berbeda satu sama lain. Mereka mulai merindukan kehadiran dan perhatian satu sama lain. Mereka mulai menyadari bahwa mereka sebenarnya saling mencintai.
Namun, cinta mereka tidak berjalan mulus. Ada banyak rintangan yang menghadang mereka. Ada masa lalu yang menghantui mereka.
Ada rahasia yang mengancam mereka. Ada orang ketiga yang menggoda mereka. Ada keluarga yang menentang mereka.
