Diksia.com - Siapa yang tak kenal dengan novel fenomenal Dua Barista? Karya Najhaty Sharma ini berhasil mencuri perhatian banyak pembaca, terutama mereka yang menyukai kisah-kisah yang sarat makna dan penuh emosi. Novel ini bukan sekadar kisah cinta biasa, melainkan sebuah potret kehidupan yang kompleks, di mana cinta, iman, dan tradisi saling berkelindan.
Najhaty Sharma, penulis kelahiran 30 Juli 1988, tumbuh di lingkungan pesantren Al-Asnawi, Salamkanci, Bandongan, Magelang. Najhaty menyelesaikan pendidikan di pesantren Salafiyah An-Nur, Purworejo. Hingga kini, Najhaty telah menghasilkan lima karya tulis, termasuk novel Dua Barista yang menjadi best seller.
Dua Barista adalah novel yang mengangkat tema poligami dalam latar belakang pesantren. Cerita ini berpusat pada Gus Ahvash, Ning Mazarina, dan Meysaroh. Gus Ahvash dan Mazarina adalah pasangan suami istri muda yang cerdas dan alim. Namun, kehidupan mereka berubah ketika Meysaroh, istri kedua, masuk dalam kehidupan mereka.
Sinopsis Novel
Dua Barista mengisahkan perjalanan hidup pasangan muda, Gus Ahvash dan Ning Mazarina. Keduanya hidup bahagia dalam lingkungan pesantren, di mana mereka diproyeksikan untuk meneruskan estafet kepemimpinan. Namun, takdir berkata lain. Mazarina, yang belum juga dikaruniai anak, harus menerima kenyataan pahit ketika suaminya memutuskan untuk berpoligami.
Kisah ini bukan sekadar tentang poligami, tetapi lebih dari itu. Novel ini mengajak kita merenung tentang makna cinta, pengorbanan, dan keikhlasan. Mazarina, sebagai tokoh utama, menjadi representasi dari banyak perempuan yang harus berjuang mempertahankan rumah tangganya dalam situasi yang sulit.
Tema dan Penokohan
Novel ini tidak hanya bercerita tentang kehidupan sehari-hari di pesantren, tetapi juga menyampaikan kritik sosial terhadap praktik poligami. Najhaty Sharma menggunakan tokoh-tokohnya untuk menyampaikan pesan-pesan penting tentang keadilan, kesetaraan, dan hak-hak perempuan. Mazarina, sebagai istri pertama, harus menghadapi kenyataan pahit ketika suaminya menikah lagi. Sementara itu, Meysaroh, istri kedua, juga mengalami diskriminasi dan perlakuan tidak adil.
Kritik Sosial
Najhaty Sharma dengan cerdas menggunakan novel ini sebagai medium untuk menyampaikan kritik terhadap praktik poligami yang sering kali dianggap sebagai sunnah Nabi Muhammad SAW. Melalui dialog dan narasi yang kuat, Najhaty mengajak pembaca untuk merenungkan kembali pandangan mereka tentang poligami dan bagaimana praktik ini mempengaruhi kehidupan perempuan.
Kelebihan Novel
- Penokohan yang Kuat: Setiap karakter dalam novel ini memiliki kepribadian yang kuat dan mendalam, membuat pembaca merasa terhubung dengan mereka.
- Kritik Sosial yang Tajam: Novel ini berhasil menyampaikan kritik sosial dengan cara yang halus namun mengena.
- Latar Belakang Pesantren yang Autentik: Najhaty berhasil menggambarkan kehidupan pesantren dengan sangat detail dan autentik.
Kekurangan Novel
- Alur Cerita yang Lambat: Beberapa pembaca mungkin merasa alur cerita berjalan lambat, terutama di bagian awal novel.
- Bahasa yang Berat: Penggunaan bahasa yang kadang terlalu formal dan berat bisa menjadi tantangan bagi beberapa pembaca.
Kesimpulan
Dua Barista adalah novel yang tidak hanya menghibur tetapi juga memberikan banyak pelajaran berharga tentang kehidupan, keadilan, dan hak-hak perempuan. Melalui kisah ini, Najhaty Sharma berhasil menyampaikan kritik sosial yang tajam dan mengajak pembaca untuk merenungkan kembali pandangan mereka tentang poligami.