Diksia.com - Di antara deretan buku sejarah, novel “Darah Titik di Semantan” karya Arman Sani bagaikan gerbang waktu yang membawa kita kembali ke era penjajahan. Novel ini bukan sekadar kisah fiksi, melainkan narasi perjuangan rakyat Semantan melawan kolonialisme Inggris yang penuh semangat dan pengorbanan.
Pernahkah kamu membayangkan bagaimana rasanya hidup di bawah cengkeraman penjajah? Bagaimana rakyat bangkit melawan penindasan dan merebut kembali hak mereka? Novel “Darah Titik di Semantan” mengajak kita menyelami kisah nyata Datuk Bahaman dan rakyat Semantan dalam pertempuran sengit melawan Inggris.
Novel Darah Titik di Semantan adalah salah satu karya sastra yang wajib dibaca oleh para pecinta sejarah dan patriotisme. Novel ini mengisahkan perjuangan Datuk Bahaman dan rakyat Semantan yang menentang penjajahan Inggris di tanah Pahang pada akhir abad ke-19. Novel ini ditulis oleh Arman Sani, seorang penulis yang berasal dari Pahang, dan diterbitkan oleh Dewan Bahasa dan Pustaka pada tahun 1986.
Detail Novel
- Judul: Darah Titik di Semantan
- Pengarang: Arman Sani
- Genre: Sejarah, Patriotisme
- Bab: 20
- Bahasa: Bahasa Melayu
- Penerbit: Dewan Bahasa dan Pustaka
- Peringkat: 4.1/5 (Goodreads)
Sinopsis
Novel ini bermula dengan pengenalan Datuk Bahaman, seorang pemimpin rakyat Semantan yang merupakan salah seorang Orang Besar Berlapan di Pahang. Datuk Bahaman tidak senang dengan campur tangan Inggris dalam urusan negeri, terutama setelah mereka mencabuli perjanjian yang telah dibuat dengan Sultan Pahang.
Datuk Bahaman bersama pengikutnya seperti Zahid, Mat Lela, Imam Perang Weh, Awang Ishak, dan Datuk Panglima Raja, berani menentang Inggris dengan berbagai cara, seperti menyerang rumah pasung di Lubuk Terua, menawan Teluk Sengarat, dan menghadapi askar-askar Inggris dan Sultan yang diketuai oleh Desborough, Rodge, dan Tengku Ali.
Di sisi lain, novel ini juga mengisahkan perjuangan Mat Kilau dan Tok Gajah, dua tokoh pejuang yang terkenal di Pahang, yang juga berusaha menggalang kebangkitan rakyat untuk melawan Inggris. Mereka bergerak dari satu tempat ke tempat lain, seperti Kuala Lipis, Jerantut, Temerloh, dan Bentong, untuk mengajak rakyat bergabung dengan perjuangan mereka. Mereka juga berhubungan dengan Datuk Bahaman dan pengikutnya, serta memberikan bantuan dan sokongan kepada mereka.