Pada tahun 2004, Andrea Hirata mendapatkan beasiswa dari Uni Eropa untuk melanjutkan studinya di Eropa. Ia mengambil program master di bidang ekonomi telekomunikasi di Universitas Paris dan Universitas Sheffield Hallam di Inggris. Tesisnya mendapatkan penghargaan dari universitas tersebut dan ia lulus dengan predikat cum laude.
Saat berada di Eropa, Andrea Hirata mulai menulis novel pertamanya, Laskar Pelangi, berdasarkan pengalaman masa kecilnya di Belitung. Novel ini ditulis dalam waktu enam bulan dan diterbitkan pada tahun 2005 oleh Bentang Pustaka. Novel ini mendapat sambutan yang luar biasa dari pembaca dan kritikus sastra. Novel ini juga mendapatkan berbagai penghargaan, seperti Penghargaan Buku Terbaik 2006 dari Majalah Tempo, Penghargaan Buku Terbaik 2007 dari Majalah Rolling Stone Indonesia, dan BuchAwards Jerman 2013.
Setelah kesuksesan novel Laskar Pelangi, Andrea Hirata terus menulis novel-novel lainnya yang juga mendapat apresiasi yang tinggi. Ia juga mendirikan Museum Kata Andrea Hirata di Belitung, yang merupakan museum sastra pertama di Indonesia. Ia juga mendapatkan gelar doktor kehormatan dari Universitas Warwick di Inggris pada tahun 2015.
Novel-Novel Terbaik dan Terbaru Karya Andrea Hirata
Novel-novel karya Andrea Hirata memiliki ciri khas yang khas dan menarik. Tema-tema yang diangkat dalam novel-novelnya meliputi pendidikan, kemiskinan, persahabatan, cinta, keluarga, budaya, dan sejarah. Gaya penulisannya yang sederhana, jenaka, dan mengalir membuat pembaca mudah terbawa suasana dan emosi dalam cerita. Pesan-pesan yang ingin disampaikan oleh penulisnya juga menggugah hati dan memberikan inspirasi bagi pembaca.
Berikut adalah beberapa novel terbaik dan terbaru karya Andrea Hirata yang wajib kamu baca.
Laskar Pelangi: Novel Fenomenal yang Menginspirasi Jutaan Orang
Laskar Pelangi adalah novel pertama karya Andrea Hirata yang diterbitkan pada tahun 2005. Novel ini mengisahkan tentang sepuluh anak dari keluarga miskin yang bersekolah di SD Muhammadiyah Gantong, sebuah sekolah yang hampir ditutup karena hanya memiliki sepuluh murid. Mereka adalah Ikal, Lintang, Mahar, A Kiong, Syahdan, Kucai, Borek, Trapani, Harun, dan Sahara.