Leila S Chudori: Penulis yang Berani dan Berbakat

RediksiaSenin, 22 Januari 2024 | 15:16 WIB
Leila S Chudori Penulis yang Berani dan Berbakat
Leila S Chudori Penulis yang Berani dan Berbakat

Diksia.com - Leila S Chudori adalah salah satu penulis Indonesia yang paling digemari oleh para pembaca. Ia dikenal sebagai penulis yang berani dan berbakat, yang mampu menggabungkan sejarah, politik, budaya, dan kemanusiaan dalam karya-karyanya. Leila juga merupakan seorang wartawan, kritikus film, dan penulis skenario drama televisi yang berpengalaman.

Siapa sebenarnya Leila S Chudori dan bagaimana ia menjadi penulis yang sukses? Mari kita simak ulasan berikut ini.

Awal Karier sebagai Penulis

Leila S Chudori lahir di Jakarta pada tanggal 12 Desember 1962. Ia mulai menulis cerita pendek sejak usia 12 tahun, dan karyanya dimuat di berbagai majalah anak-anak, seperti Si Kuncung, Kawanku, dan Hai.

Cerita-cerita awalnya berjudul Sebuah Kejutan, Empat Pemuda Kecil, dan Seputih Hati Andra. Leila menunjukkan bakat dan minatnya dalam menulis sejak dini, dan terus mengasah kemampuannya dengan membaca banyak buku dari berbagai genre dan negara.

Leila terpilih mewakili Indonesia mendapat beasiswa untuk belajar di Lester B. Pearson College of the Pacific (United World Colleges) di Victoria, Kanada. Di sana, ia mengenal sastra-sastra dunia, terutama dari Eropa dan Amerika. Ia terpengaruh oleh karya-karya Franz Kafka, Dostoyevsky, D.H. Lawrence, James Joyce, dan lain-lain.

Ia juga tidak asing dengan kisah-kisah epik dari Indonesia, seperti Baratayudha, Ramayana, dan dunia wayang. Leila lulus sarjana Political Science dan Comparative Development Studies dari Universitas Trent, Kanada.

Menjadi Wartawan dan Kritikus Film

Sejak tahun 1989 hingga sekarang, Leila bekerja sebagai wartawan di majalah berita Tempo. Ia banyak meliput masalah internasional, terutama di Asia Tenggara. Ia berhasil mewawancarai tokoh-tokoh penting dunia, seperti Presiden Cory Aquino, Presiden Fidel Ramos, Perdana Menteri Mahathir Mohamad, Pemimpin PLO Yasser Arafat, Nelson Mandela, Robert Mugabe, dan lain-lain. Ia juga menulis ulasan film dan buku, serta mengikuti berbagai festival film di dalam dan luar negeri.

Leila memiliki ketertarikan khusus pada film-film yang berkaitan dengan sejarah, politik, dan kemanusiaan. Ia sering menulis tentang film-film yang mengangkat isu-isu sensitif, seperti genosida, perang, korupsi, pelanggaran hak asasi manusia, dan lain-lain.

Ia juga menulis skenario drama televisi, seperti Bukan Perempuan Biasa, yang diadaptasi dari novel karya Marga T. Ia juga menjadi juri di beberapa kompetisi film, seperti Festival Film Indonesia, Festival Film Asia Pasifik, dan Festival Film Dokumenter.

Menciptakan Karya Sastra yang Berani dan Berbakat

Leila tidak pernah berhenti menulis cerita pendek, meskipun ia sibuk sebagai wartawan dan kritikus film. Cerita-cerita pendeknya dimuat di berbagai media, seperti Zaman, Horison, Matra, Solidarity, Menagerie, dan Southeast. Kumpulan cerita pendeknya yang pertama, Malam Terakhir, diterbitkan oleh Pustaka Utama Grafiti pada tahun 1989.

Kumpulan ini mendapat pujian dari kritikus sastra terkemuka, H.B. Jassin, yang mengatakan bahwa gaya cerita Leila intelektual sekaligus puitis, dan tema-temanya berani dan kontroversial. Kumpulan ini juga diterjemahkan ke dalam bahasa Jerman dengan judul Die Letzte Nacht oleh Horlemann Verlag.

Leila juga menulis novel, yang merupakan bentuk sastra yang paling ia sukai. Novel pertamanya, 9 dari Nadira, diterbitkan oleh Kepustakaan Populer Gramedia pada tahun 2009. Novel ini bercerita tentang kehidupan empat generasi keluarga yang terlibat dalam peristiwa-peristiwa sejarah Indonesia, seperti G30S/PKI, Orde Baru, Reformasi, dan Bom Bali.

Novel ini mendapat sambutan hangat dari pembaca dan kritikus, dan mendapat beberapa penghargaan, seperti Penghargaan Sastra Badan Bahasa Indonesia, Penghargaan Khatulistiwa, dan Penghargaan Sastra SEA Write.

Novel kedua Leila, Pulang, diterbitkan oleh Kepustakaan Populer Gramedia pada tahun 2013. Novel ini merupakan karya sastra yang paling monumental dan fenomenal dari Leila. Novel ini mengisahkan tentang nasib para aktivis dan seniman yang terpaksa hidup di pengasingan akibat keterlibatan mereka dalam peristiwa G30S/PKI.

Novel ini juga menggambarkan kehidupan anak-anak mereka yang lahir dan tumbuh di negeri orang, serta perjuangan mereka untuk mencari jati diri dan akar budaya mereka.

Novel ini mendapat banyak penghargaan, seperti Penghargaan Kusala Sastra Khatulistiwa, Penghargaan Sastra SEA Write, dan Penghargaan Sastra Asia. Novel ini juga diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Prancis, Jerman, Belanda, dan Italia.

Novel ketiga Leila, Laut Bercerita, diterbitkan oleh Kepustakaan Populer Gramedia pada tahun 2017. Novel ini merupakan lanjutan dari Pulang, yang berfokus pada peristiwa Tragedi 1998, ketika banyak aktivis mahasiswa yang diculik dan dibunuh oleh rezim Orde Baru.

Novel ini mengambil sudut pandang dari para korban, keluarga, dan teman-teman mereka, serta mengungkap rahasia-rahasia yang tersembunyi selama ini.

Novel ini juga menyoroti peran penting dari seni dan sastra dalam memperjuangkan kebenaran dan keadilan. Novel ini mendapat apresiasi dari pembaca dan kritikus, dan mendapat Penghargaan Sastra Kusala Sastra Khatulistiwa.


Leila S Chudori adalah penulis yang berani dan berbakat, yang mampu menciptakan karya sastra yang berkualitas dan bermakna.

Ia juga merupakan seorang wartawan dan kritikus film yang profesional dan berwawasan luas. Ia telah memberikan kontribusi yang besar bagi perkembangan sastra, media, dan film di Indonesia.

Ia juga menjadi inspirasi bagi banyak penulis muda yang ingin mengikuti jejaknya. Leila S Chudori adalah salah satu penulis Indonesia yang patut dibanggakan dan dihormati.