Diksia.com - Dunia sastra Indonesia tak hanya diwarnai karya berbahasa Indonesia. Di tanah Pasundan, kesastraan Sunda yang menggunakan bahasa Sunda yang merdu dan kaya ekspresi telah melahirkan banyak novel berkualitas. Buat kamu yang ingin menjelajah pesona budaya Sunda lewat bacaan, novel bisa menjadi pintu gerbang yang menarik. Yuk, simak dulu contoh novel Sunda beserta gambaran singkatnya!
Novel adalah salah satu bentuk karya sastra yang populer dan digemari oleh banyak orang. Novel biasanya berisi cerita fiksi yang panjang dan kompleks, dengan berbagai tokoh, latar, konflik, dan tema. Novel juga bisa ditulis dalam berbagai bahasa, termasuk bahasa Sunda.
Bahasa Sunda adalah bahasa daerah yang digunakan oleh masyarakat Sunda di Jawa Barat, Banten, Jakarta, dan sebagian Jawa Tengah. Bahasa Sunda memiliki kekayaan dan keindahan tersendiri, yang bisa diekspresikan melalui novel. Novel bahasa Sunda bisa menjadi sarana untuk melestarikan dan mengembangkan bahasa dan budaya Sunda, sekaligus memberikan hiburan dan inspirasi bagi pembacanya.
Namun, novel bahasa Sunda tidak sebanyak novel bahasa Indonesia atau bahasa asing. Hal ini mungkin disebabkan oleh faktor-faktor seperti kurangnya minat baca, kurangnya penulis, kurangnya penerbit, atau kurangnya promosi. Padahal, novel bahasa Sunda memiliki potensi yang besar untuk berkembang dan bersaing di pasar sastra.
Untuk itu, kita perlu mengenal dan mengapresiasi novel-novel bahasa Sunda yang sudah ada. Berikut adalah beberapa contoh novel bahasa Sunda yang menarik dan menginspirasi, beserta penulis dan sinopsisnya.
Pangèran Kornel – R. Memed Sastrahadiprawira
Novel ini adalah novel bahasa Sunda modern yang ditulis oleh R. Memed Sastrahadiprawira, seorang sastrawan, budayawan, dan akademisi Sunda yang lahir pada tahun 1929 dan meninggal pada tahun 2011. Novel ini terbit pada tahun 1978, dan mendapatkan penghargaan Sastra Rancagé pada tahun 1980.
Novel ini bercerita tentang Pangèran Kornel, seorang pemuda Sunda yang menjadi tentara Belanda. Ia bertugas di Aceh, yang sedang berperang melawan penjajah. Di sana, ia bertemu dengan Cut Nyak Dhien, seorang pejuang wanita Aceh yang gigih dan berani.
Pangèran Kornel terpesona oleh Cut Nyak Dhien, dan mulai meragukan loyalitasnya kepada Belanda. Ia juga menyadari bahwa ia adalah orang Sunda, yang seharusnya berjuang untuk tanah airnya, bukan untuk penjajah. Novel ini menggambarkan konflik batin Pangèran Kornel, antara cinta, idealisme, dan nasionalisme.
Carios Agan Permas – Joehana
Novel ini adalah novel bahasa Sunda kontemporer yang ditulis oleh Joehana, seorang penulis, editor, dan penerjemah Sunda yang lahir pada tahun 1964. Novel ini terbit pada tahun 2016, dan mendapatkan penghargaan Sastra Rancagé pada tahun 2017.
Novel ini bercerita tentang Carios, seorang pemuda Sunda yang bekerja sebagai tukang ojek online. Ia tinggal bersama ibunya, yang sudah tua dan sakit-sakitan, di sebuah rumah kontrakan yang sederhana. Ia bermimpi untuk memiliki rumah sendiri, dan mengajak ibunya pindah ke tempat yang lebih baik.
Namun, mimpi itu terhalang oleh berbagai masalah, seperti biaya hidup yang mahal, persaingan yang ketat, dan ancaman preman. Di tengah kesulitan itu, ia bertemu dengan Permas, seorang gadis cantik yang menjadi penumpangnya.
Carios jatuh cinta dengan Permas, dan berharap bisa hidup bahagia bersamanya. Namun, ternyata Permas memiliki rahasia yang bisa mengubah segalanya. Novel ini menggambarkan kisah cinta, harapan, dan kehidupan Carios, yang penuh dengan liku-liku dan kejutan.
Perang Bubat – Yoseph Iskandar
Novel ini adalah novel bahasa Sunda sejarah yang ditulis oleh Yoseph Iskandar, seorang penulis, sejarawan, dan budayawan Sunda yang lahir pada tahun 1938 dan meninggal pada tahun 2019. Novel ini terbit pada tahun 2003, dan merupakan adaptasi dari naskah kuno Sunda yang berjudul Carita Parahyangan.
Novel ini bercerita tentang Perang Bubat, sebuah peristiwa sejarah yang terjadi pada tahun 1357, antara Kerajaan Sunda dan Kerajaan Majapahit. Perang ini dipicu oleh rencana pernikahan antara Dyah Pitaloka, putri Raja Sunda, dengan Hayam Wuruk, raja Majapahit.
Rencana ini awalnya disetujui oleh kedua belah pihak, tetapi kemudian ditolak oleh Gajah Mada, perdana menteri Majapahit, yang menginginkan Sunda tunduk sebagai bawahan Majapahit. Hal ini menimbulkan kemarahan dan kehormatan Raja Sunda, yang memilih untuk berperang daripada menyerah.
Perang ini berakhir dengan kemenangan Majapahit, tetapi juga dengan kematian Dyah Pitaloka, yang bunuh diri karena tidak mau menikah dengan Hayam Wuruk. Novel ini menggambarkan perang Bubat dari sudut pandang Sunda, dengan mengedepankan nilai-nilai keberanian, kesetiaan, dan cinta.
Anak Perawan di Sarang Penyamun – Esmail Marzuki
Novel ini adalah novel bahasa Sunda petualangan yang ditulis oleh Esmail Marzuki, seorang penulis, wartawan, dan aktivis Sunda yang lahir pada tahun 1911 dan meninggal pada tahun 1975. Novel ini terbit pada tahun 1950, dan merupakan salah satu novel Sunda pertama yang dicetak dengan huruf latin.
Novel ini bercerita tentang Ani, seorang gadis Sunda yang diculik oleh sekelompok penyamun yang dipimpin oleh Ki Buyut. Ani dibawa ke sarang penyamun di sebuah gunung, dan dijadikan tawanan. Di sana, ia mengalami berbagai perlakuan kasar dan kejam, yang membuatnya menderita dan ketakutan.
Namun, ia juga bertemu dengan Udin, seorang anak penyamun yang baik hati dan menyayanginya. Udin berusaha membantu Ani untuk melarikan diri dari sarang penyamun, dan membawanya kembali ke keluarganya. Novel ini menggambarkan petualangan, bahaya, dan romansa Ani dan Udin, yang penuh dengan tantangan dan rintangan.
Baruang Ka Nu Ngarora – D.K. Ardiwinata
Novel ini merupakan salah satu novel bahasa Sunda klasik yang terkenal. Novel ini ditulis oleh Daeng Kanduruan Ardiwinata (D.K. Ardiwinata), seorang guru, wartawan, dan sastrawan Sunda yang lahir pada tahun 1866 dan meninggal pada tahun 1947. Novel ini pertama kali terbit pada tahun 1922, dan sudah dicetak ulang beberapa kali.
Novel ini bercerita tentang Ujang Kusen, seorang anak orang kaya yang jatuh cinta dengan Nyi Rapiah, seorang anak orang kaya lainnya. Lamaran Ujang Kusen diterima, dan mereka menikah. Namun, pernikahan mereka tidak bahagia, karena ada Aom Usman, seorang anak demang yang juga menginginkan Nyi Rapiah.
Aom Usman terus mengganggu dan menggoda Nyi Rapiah, bahkan di depan suaminya. Hal ini membuat Ujang Kusen marah dan sakit hati, tetapi ia hanya bisa bersabar. Novel ini menggambarkan konflik antara cinta, harta, dan kehormatan, serta nilai-nilai moral dan sosial yang berlaku pada masa itu.
Laleur Bodas (Samsu, 1940)
Laleur Bodas berfokus pada kisah cinta Basri dan Lili, pemuda miskin dengan gadis jelita anak orang kaya. Kisah mereka diwarnai perbedaan status sosial dan perebutan cinta yang menegangkan, sekaligus sarat pesan tentang perjuangan meraih impian.
Kabungbulengan (H.D. Bastaman, 1982)
Berbeda dari dua novel sebelumnya, Kabungbulengan mengangkat tema mistis dengan balutan komedi satir. Tokoh utama, Kabung, digambarkan sebagai pemuda culun yang mewarisi ilmu gaib dari kakeknya. Kisahnya kocak dan menegangkan, mengajak pembaca menertawakan sekaligus merenungkan kearifan lokal Sunda.
Dalingding Angin Janari (Usep Romli HM, 2017)
Kisah romansa Rani, gadis desa yang bersuara merdu, dan Janari, seniman musik modern, menjadi sorotan dalam novel ini. Perbedaan latar belakang keduanya memicu konflik yang menyentuh, dibalut dengan deskripsi alam Sunda yang indah dan budaya bermusik yang kental.
Layung Layung Panganggungan (Yanyan Suryani, 2019)
Novel kontemporer ini bercerita tentang Layung, waria Sunda yang gigih memperjuangkan eksistensi dan jati dirinya. Perjuangannya melawan stigma sosial dan pencarian cinta sejati dikemas dengan gaya bahasa yang lugas dan menyentuh, serta mengangkat isu-isu sosial yang relevan.
Ini hanyalah segelintir contoh dari kekayaan novel Sunda yang bisa kamu jelajahi. Membaca novel Sunda tak hanya akan menghibur, tapi juga bisa menambah wawasan budaya, bahasa, dan nilai-nilai kehidupan masyarakat Sunda. So, siap berpetualang dengan bahasa Sunda yang merdu dan cerita-cerita menarik dari para novelis berbakat?