Pangèran Kornel terpesona oleh Cut Nyak Dhien, dan mulai meragukan loyalitasnya kepada Belanda. Ia juga menyadari bahwa ia adalah orang Sunda, yang seharusnya berjuang untuk tanah airnya, bukan untuk penjajah. Novel ini menggambarkan konflik batin Pangèran Kornel, antara cinta, idealisme, dan nasionalisme.
Carios Agan Permas – Joehana
Novel ini adalah novel bahasa Sunda kontemporer yang ditulis oleh Joehana, seorang penulis, editor, dan penerjemah Sunda yang lahir pada tahun 1964. Novel ini terbit pada tahun 2016, dan mendapatkan penghargaan Sastra Rancagé pada tahun 2017.
Novel ini bercerita tentang Carios, seorang pemuda Sunda yang bekerja sebagai tukang ojek online. Ia tinggal bersama ibunya, yang sudah tua dan sakit-sakitan, di sebuah rumah kontrakan yang sederhana. Ia bermimpi untuk memiliki rumah sendiri, dan mengajak ibunya pindah ke tempat yang lebih baik.
Namun, mimpi itu terhalang oleh berbagai masalah, seperti biaya hidup yang mahal, persaingan yang ketat, dan ancaman preman. Di tengah kesulitan itu, ia bertemu dengan Permas, seorang gadis cantik yang menjadi penumpangnya.
Carios jatuh cinta dengan Permas, dan berharap bisa hidup bahagia bersamanya. Namun, ternyata Permas memiliki rahasia yang bisa mengubah segalanya. Novel ini menggambarkan kisah cinta, harapan, dan kehidupan Carios, yang penuh dengan liku-liku dan kejutan.
Perang Bubat – Yoseph Iskandar
Novel ini adalah novel bahasa Sunda sejarah yang ditulis oleh Yoseph Iskandar, seorang penulis, sejarawan, dan budayawan Sunda yang lahir pada tahun 1938 dan meninggal pada tahun 2019. Novel ini terbit pada tahun 2003, dan merupakan adaptasi dari naskah kuno Sunda yang berjudul Carita Parahyangan.
Novel ini bercerita tentang Perang Bubat, sebuah peristiwa sejarah yang terjadi pada tahun 1357, antara Kerajaan Sunda dan Kerajaan Majapahit. Perang ini dipicu oleh rencana pernikahan antara Dyah Pitaloka, putri Raja Sunda, dengan Hayam Wuruk, raja Majapahit.
Rencana ini awalnya disetujui oleh kedua belah pihak, tetapi kemudian ditolak oleh Gajah Mada, perdana menteri Majapahit, yang menginginkan Sunda tunduk sebagai bawahan Majapahit. Hal ini menimbulkan kemarahan dan kehormatan Raja Sunda, yang memilih untuk berperang daripada menyerah.