Diksia.com - Buku Enny Arrow mungkin terdengar seperti legenda urban di kalangan pecinta literasi di Indonesia. Banyak yang tahu namanya, tetapi tidak semua orang pernah melihat langsung bukunya. Kontroversial, misterius, dan menjadi bahan obrolan sepanjang waktu itulah yang membuat karya-karya Enny Arrow unik dan memancing rasa penasaran.
Dalam artikel ini, kita akan mengulas lebih dalam tentang fenomena Enny Arrow, bagaimana sejarahnya, apa yang membuatnya begitu populer, serta dampaknya terhadap budaya membaca di Indonesia.
Sejarah Munculnya Buku Enny Arrow
Buku Enny Arrow pertama kali muncul pada era 1970-an hingga awal 1990-an. Pada masa itu, literasi di Indonesia masih sangat terbatas, dan buku-buku yang berani mengeksplorasi tema-tema tabu hampir tidak ada.
Di tengah situasi ini, Enny Arrow (sebuah nama pena yang hingga kini identitas penulisnya tidak diketahui) menerbitkan cerita-cerita pendek erotis yang tersebar dari tangan ke tangan.
Tidak ada yang tahu pasti siapa Enny Arrow, namun spekulasi berkembang bahwa penulisnya mungkin seorang jurnalis atau sastrawan yang menggunakan pseudonim untuk menghindari sensor ketat pemerintah.
Pada masa itu, pemerintah Orde Baru memberlakukan pengawasan ketat terhadap segala bentuk bacaan yang dianggap tidak sesuai dengan norma dan moral masyarakat. Tak heran, Enny Arrow menjadi fenomena bawah tanah yang sangat populer, tetapi juga tersembunyi.
Daya Tarik dan Kontroversi
Apa yang membuat buku Enny Arrow begitu memikat? Pertama-tama, tentu saja isinya yang menantang norma sosial. Cerita-cerita pendeknya memuat narasi dewasa yang menggugah imajinasi, tapi juga sering kali dianggap vulgar oleh banyak kalangan. Pada masa itu, membaca Enny Arrow dianggap sebagai hal yang “berbahaya,” namun inilah yang justru menambah daya tariknya.
Selain tema dewasa, penggunaan bahasa yang sederhana dan langsung membuat buku ini mudah dipahami oleh pembaca dari berbagai kalangan. Buku-buku ini berukuran kecil dan tidak tebal, sehingga bisa disembunyikan dengan mudah. Distribusinya pun lebih banyak melalui jalur informal, misalnya dari mulut ke mulut atau pedagang kaki lima.
Namun, meski mengundang banyak pembaca, Enny Arrow juga menuai kecaman dari berbagai pihak, terutama dari kalangan yang peduli pada etika literasi. Banyak yang menganggap buku ini sebagai “sampah literasi” yang hanya merusak moral generasi muda. Pemerintah pun bertindak tegas dengan melarang peredaran buku ini dan merazia siapa saja yang kedapatan menyimpan atau menjualnya.
Pengaruh Terhadap Budaya Membaca di Indonesia
Meskipun dilarang, popularitas Enny Arrow tidak bisa dipandang sebelah mata. Buku ini menjadi semacam simbol perlawanan terhadap kebebasan berekspresi pada zamannya. Bagi sebagian orang, membaca Enny Arrow adalah bentuk pelarian dari aturan ketat, semacam pemberontakan kecil terhadap otoritas.