Diksia.com - Pernahkah kamu bermimpi menjelajah negeri fantasi bersama peri bersayap, memecahkan misteri piramida Mesir, atau menyelami kedalaman samudra ditemani lumba-lumba ceria? Kalau iya, selamat datang di dunia magis Tere Liye, sang maestro penenun mimpi dan juru kunci kata-kata yang membuatmu terbang melampaui realita.
Jadi, siapa kamu yang sedang bermimpi menjadi penulis? Atau kamu yang sedang merasa tersesat dalam rutinitas? Belajarlah dari Tere Liye. Pegang pena, tumpahkan isi hatimu, dan biarkan dunia membaca kisahmu. Siapa tahu, kamu juga bisa menjadi penyihir kata selanjutnya, dan meninggalkan jejakmu sendiri di dunia sastra Indonesia.
Dari Anak Petani Menuju Penulis Bestseller
Lahir dengan nama Darwis pada 21 Mei 1979 di Lahat, Sumatera Selatan, Tere Liye tak lantas dilahirkan di atas tumpukan buku. Anak keenam dari tujuh bersaudara ini justru tumbuh di keluarga petani sederhana. Tapi, tanah Lahat yang subur bukan hanya menumbuhkan padi dan karet, ia juga memupuk bibit-bibit kreativitas Tere Liye kecil.
Sejak SD, Tere Liye sudah gemar merangkai cerita. Kertas bekas dan pinsil jadi kawan setianya, menuangkan imajinasi liar ke dalam dunia mini buatannya. Meski pendidikan formal tak selalu mulus, tekadnya tak pernah padam. Ia berhasil menembus Universitas Indonesia, meski memilih jurusan Ekonomi, bukan Sastra seperti yang mungkin kita kira.
Hafalan Sholat Delisa: Debut yang Menggemparkan
Tahun 2005, dunia sastra Indonesia dikejutkan oleh kemunculan novel Hafalan Sholat Delisa. Kisah sederhana tentang gadis cilik pemberani ini langsung menyentuh hati pembacanya. Bahasa lugas, cerita inspiratif, dan sentuhan pesan religi yang tidak menggurui menjadi formula ampuh yang melontarkan Tere Liye ke jajaran penulis bestseller.
Sejak saat itu, Tere Liye bagaikan pelari marathon yang tak pernah lelah berlari. Pulang Kampung, Bidadari-Bidadari Surga, Moga Bunda Disayang Allah, dan puluhan judul lainnya menyusul Hafalan Sholat Delisa, bagai bintang-bintang yang terus bertambah di langit malam.
Genre-Genre yang Menari-Nari di Ujung Penanya
Tak mau terjebak dalam satu zona nyaman, Tere Liye bagai bunglon yang piawai menyesuaikan diri. Ia melompat-lompat dari genre ke genre dengan lincah, dari kisah cinta remaja yang bikin baper (seperti “Cinta Semesta”) hingga petualangan fantasi yang penuh keajaiban (“Ratu Ilmu Hitam”). Ia bahkan tak ragu menjelajahi dunia fiksi ilmiah (“Kepingan Ingatan”) dan sejarah (“Bumi”) dengan sentuhan khasnya yang tetap membuatmu berdecak kagum.
Bukan Sekedar Novel, Ini Gerakan Sosial
Tere Liye tak hanya berkutat pada lembaran novel. Ia mendirikan Komunitas Filosofi Kopi, ruang bagi para penyuka kopi dan buku untuk berdiskusi dan berbagi. Yayasan Filantrapi Sedekah Bahagia juga lahir dari kepeduliannya, membantu sesama dan menyebarkan kebaikan.