Novel ini juga sudah diadaptasi menjadi film dua kali, yaitu pada tahun 1974 dengan bintang Christine Hakim, Roy Marten, dan sutradara Teguh Karya, serta pada tahun 2007 dengan bintang Vino Bastian, Raihaanun, dan Winky Wiryawan.
Novel ini layak dibaca karena memiliki beberapa alasan, antara lain:
Alur Cerita yang Menarik dan Menyentuh
Novel ini memiliki alur cerita yang menarik dan menyentuh, yang mampu membuat pembaca terbawa emosi dan penasaran dengan nasib para tokohnya. Novel ini menggambarkan berbagai konflik yang dialami oleh Siska, mulai dari masalah cinta, keluarga, sosial, hingga agama.
Novel ini juga menampilkan berbagai karakter yang berbeda-beda, seperti Siska yang tegar dan setia, Leo yang romantis dan berani, Helmi yang licik dan egois, Johnny yang baik dan setia kawan, serta ibu Siska yang penyabar dan pengertian.
Novel ini juga mengandung banyak pesan moral dan hikmah, seperti pentingnya memaafkan, menghargai, dan mencintai diri sendiri dan orang lain, serta bersyukur atas apa yang dimiliki.
Gaya Bahasa yang Indah dan Mengalir
Novel ini memiliki gaya bahasa yang indah dan mengalir, yang mampu membuat pembaca terpesona dan terhanyut dalam ceritanya. Novel ini menggunakan bahasa Indonesia yang baku, namun juga diselingi dengan bahasa sehari-hari yang santai dan humoris.
Novel ini juga menggunakan berbagai majas, seperti metafora, personifikasi, hiperbola, dan ironi, yang membuat bahasanya lebih hidup dan bermakna. Novel ini juga menggunakan kalimat pendek dan panjang secara bergantian, yang membuat ritme dan tempo ceritanya lebih dinamis dan variatif.
Latar Belakang yang Kaya dan Otentik
Novel ini memiliki latar belakang yang kaya dan otentik, yang mampu membuat pembaca merasakan suasana dan nuansa zaman dan tempat ceritanya.
Novel ini mengambil latar belakang Jakarta pada tahun 1970-an, yang merupakan masa transisi dari Orde Lama ke Orde Baru.
Novel ini menampilkan berbagai aspek kehidupan masyarakat Jakarta pada saat itu, seperti budaya, politik, ekonomi, sosial, hingga hiburan.