4. Negeri 5 Menara karya Ahmad Fuadi
Novel ini mengisahkan perjalanan enam santri dari berbagai daerah di Indonesia yang menuntut ilmu di Pondok Madani (PM), sebuah pesantren modern di Jawa Timur. Mereka adalah Alif Fikri dari Maninjau, Raja Lubis dari Medan, Said Jufri dari Surabaya, Dulmajid dari Sumenep, Atang dari Bandung, dan Baso Salahuddin dari Gowa.
Awalnya, mereka merasa asing dan terasingkan karena latar belakang budaya yang berbeda. Namun, seiring berjalannya waktu, mereka belajar untuk saling memahami, menghargai, dan bekerja sama. Mereka membentuk sebuah kelompok belajar yang disebut Sahibul Menara, yang artinya Penjaga Menara. Bersama-sama, mereka berjuang untuk meraih mimpi dan cita-cita mereka, yaitu menjadi manusia berguna bagi agama, bangsa, dan negara.
5. Laskar Pelangi karya Andrea Hirata
Novel klasik ini tak lekang oleh waktu. Kisah perjuangan sepuluh anak dari keluarga miskin yang bersekolah di SD Muhammadiyah Gantong di Belitung ini selalu menginspirasi kita untuk tidak menyerah pada keadaan. Mereka adalah Laskar Pelangi, sekelompok anak-anak yang memiliki semangat juang tinggi untuk meraih pendidikan meskipun hidup dalam keterbatasan. Kita akan diajak mengikuti perjalanan mereka, mulai dari perjuangan mempertahankan sekolah agar tidak ditutup, hingga meraih prestasi di tengah segala keterbatasan fasilitas dan ekonomi.
Lewat Laskar Pelangi, Andrea Hirata berhasil menggambarkan potret pendidikan di daerah terpencil dengan bahasa yang sederhana namun menyentuh hati. Kita akan diajak tertawa, menangis, dan terharu bersama Ikal, Lintang, Mahar, dan kawan-kawannya. Novel ini mengajarkan kita tentang arti persahabatan, kegigihan, semangat pantang menyerah, dan betapa berharganya pendidikan bagi masa depan. Laskar Pelangi adalah bukti bahwa keterbatasan bukanlah penghalang untuk meraih mimpi.
6. Perahu Kertas karya Dee Lestari
Novel ini mengajak kita berlayar dalam kisah cinta Kugy dan Keenan yang unik dan penuh warna. Kugy, si gadis periang dengan imajinasi liarnya, bertemu dengan Keenan, si pemuda tampan dengan bakat seni luar biasa. Mereka berdua memiliki cara pandang hidup yang berbeda, namun saling melengkapi.
Kugy adalah seorang penulis cerita anak-anak yang berjiwa bebas dan percaya pada kekuatan mimpi. Ia memiliki kebiasaan menuliskan harapannya pada perahu kertas lalu menghanyutkannya di sungai. Sementara Keenan adalah seorang pelukis berbakat yang terjebak dalam ekspektasi keluarga dan masyarakat.
Pertemuan mereka memicu percikan cinta yang tumbuh di antara perbedaan. Namun, jalan mereka tidak selalu mulus. Berbagai rintangan dan konflik menguji kekuatan cinta mereka. Kugy dan Keenan harus belajar untuk saling memahami, menghargai, dan mendukung impian masing-masing.
7. Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer
Novel legendaris ini menjadi jendela bagi kita untuk mengintip kehidupan Hindia Belanda di awal abad ke-20. Kita akan diperkenalkan pada Minke, seorang pemuda pribumi yang bersekolah di sekolah elit Belanda, HBS. Di sana, ia bersinggungan dengan berbagai lapisan masyarakat, mulai dari kaum ningrat Jawa hingga para pejabat Belanda.
Lewat Minke, Pramoedya Ananta Toer menggambarkan perjuangan kaum pribumi melawan diskriminasi dan ketidakadilan di masa penjajahan. Minke jatuh cinta pada Annelies, seorang gadis Indo-Belanda, namun hubungan mereka terhalang oleh perbedaan status sosial dan hukum kolonial yang diskriminatif.