Graupel: Fenomena Cuaca Unik yang Menarik Perhatian di Awal 2025

RediksiaKamis, 13 Maret 2025 | 19:38 WIB
Graupel: Fenomena Cuaca Unik yang Menarik Perhatian di Awal 2025
Graupel: Fenomena Cuaca Unik yang Menarik Perhatian di Awal 2025

Penduduk setempat mengabadikan momen ini dan membagikannya di media sosial, membuat graupel jadi perbincangan viral. Sementara itu, di pegunungan Alpen, Eropa, para peramal cuaca mencatat bahwa graupel muncul lebih sering dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, kemungkinan dipicu oleh perubahan iklim yang memengaruhi pola presipitasi.

Fenomena ini juga terdeteksi di wilayah Asia, meskipun lebih jarang. Di Jepang, graupel dilaporkan turun di daerah pegunungan Hokkaido pada 8 Maret 2025, menambah keindahan pemandangan musim semi yang baru mulai bersemi. Meski tidak seintens di belahan bumi barat, kehadiran graupel di wilayah ini menunjukkan betapa dinamisnya cuaca global saat ini.

Mengapa Graupel Penting untuk Kita Pahami?

Bagi kamu yang tinggal di daerah beriklim tropis seperti Indonesia, graupel mungkin terasa jauh dari kehidupan sehari-hari. Namun, memahami fenomena ini tetap relevan karena cuaca global saling terkait. Perubahan iklim yang kita alami saat ini memengaruhi pola presipitasi di seluruh dunia, termasuk potensi munculnya fenomena langka seperti graupel di tempat yang sebelumnya tidak biasa.

Selain itu, graupel bisa memberi petunjuk tentang kondisi atmosfer. Ketika graupel muncul, itu menandakan adanya aktivitas konvektif yang kuat di awan, sering kali diikuti oleh cuaca yang lebih ekstrem seperti hujan deras atau badai petir. Bagi para petani, pelaut, atau siapa saja yang bergantung pada prediksi cuaca, kehadiran graupel bisa menjadi sinyal untuk bersiap menghadapi perubahan mendadak.

Bedanya Graupel dengan Salju dan Hujan Es

Banyak yang masih bingung membedakan graupel dengan salju atau hujan es. Padahal, ketiganya punya perbedaan jelas. Salju terbentuk dari kristal es murni yang jatuh dalam bentuk serpihan ringan dan rumit. Hujan es, di sisi lain, adalah bola es padat yang terbentuk melalui proses berulang di dalam awan badai, sering kali berukuran lebih besar dan bisa merusak jika jatuh dalam jumlah banyak.

Graupel berada di tengah-tengah. Ia lebih padat dari salju, tapi jauh lebih lembut dari hujan es. Saat jatuh ke tanah, graupel cenderung memantul ringan dan mudah hancur, tidak seperti hujan es yang meninggalkan bekas keras. Perbedaan ini penting untuk kita ketahui agar tidak salah mengartikan fenomena cuaca yang sedang terjadi di sekitar kita.

Dampak Graupel pada Kehidupan Sehari-hari

Meski terlihat sepele, graupel bisa memengaruhi aktivitas kita. Di daerah beriklim dingin, tumpukan graupel yang tebal bisa membuat jalanan licin, meskipun tidak separah salju lebat. Pada 11 Maret 2025, misalnya, beberapa wilayah di Kanada melaporkan gangguan lalu lintas ringan akibat graupel yang menumpuk di jalan raya. Selain itu, graupel juga bisa memengaruhi penerbangan, terutama jika disertai dengan turbulensi atau visibilitas rendah.