Ancaman Suhu 37,6 Derajat Celsius, BMKG Prediksi Kemarau Termal Berlanjut Sampai Awal November

RediksiaKamis, 16 Oktober 2025 | 14:52 WIB
Ancaman Suhu 37,6 Derajat Celsius, BMKG Prediksi Kemarau Termal Berlanjut Sampai Awal November

Diksia.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah mengeluarkan atensi serius perihal potensi persistensi cuaca panas menyengat yang diprediksi akan berlangsung hingga paruh waktu penghujung Oktober, bahkan menjejak awal November 2025.

Peringatan ini disampaikan sehubungan dengan anomali termal, di mana suhu maksimum di beragam teritori Nusantara dalam tempo beberapa hari terakhir telah menjentik angka impresif 37,6 derajat Celsius.

Menurut Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, konstelasi kondisi atmosferis ini dimanifestasikan oleh konjungsi pergerakan semu Matahari dan imbas kuat Monsun Australia.

Monsun Australia ini, secara spesifik, bertindak sebagai kanal pembawa adveksi massa udara yang kering dan hangat, berimplikasi pada efisiensi pembentukan awan yang minimal. Alhasil, radiasi surya dapat merangsek mencapai permukaan bumi secara maksimal.

“Aksiologisnya, posisi ini menempatkan teritorial Indonesia bagian tengah dan selatan, mencakup Jawa, Nusa Tenggara, Kalimantan, dan Papua, menerima insiden penyinaran Matahari yang jauh lebih intensif, menyebabkan sensasi hawa yang lebih terik di berbagai penjuru Nusantara,” deklarasi Guswanto dalam rilis resminya, Rabu (15/10/2025).

Aktor utama di balik eskalasi temperatur ini adalah posisi gerak semu Matahari yang pada kurun waktu Oktober ini bersemayam di selatan ekuator.

Di lain sisi, Direktur Meteorologi Publik BMKG, Andri Ramdhani, mengemukakan bahwa dispersi suhu maksimum yang melampaui ambang batas 35 derajat Celsius terpantau meluas di seluruh spektrum wilayah.

Cuaca panas ekstrem ini terdistribusi secara signifikan di mayoritas kawasan Nusa Tenggara, zona Jawa dari barat hingga timur, Kalimantan bagian barat dan tengah, Sulawesi bagian selatan dan tenggara, serta beberapa enklave di Papua.

Titik termal terekam pada paritas 36,8 derajat Celsius di Kapuas Hulu (Kalimantan Barat), Kupang (NTT), serta Majalengka (Jawa Barat) pada tanggal 12 Oktober 2025.

Fenomena ini menunjukkan sedikit atenuasi menjadi 36,6 derajat Celsius di Sabu Barat (NTT) pada 13 Oktober 2025. Kemudian, suhu kembali berayun naik pada 14 Oktober 2025, berkelindan antara 34 hingga 37 derajat.

Andri merinci lebih lanjut, sejumlah daerah krusial seperti Kalimantan, Papua, Jawa, Nusa Tenggara Barat, dan NTT mencatat suhu maksimum yang mengokupasi rentang 35 hingga 37 derajat Celsius.

Majalengka serta Boven Digoel, Papua, bahkan memperlihatkan puncak kurva peningkatan suhu hingga mencapai 37,6 derajat Celsius.

“Konsistensi pada elevasi suhu maksimum di berbagai teritori ini menyiratkan adanya kondisi cuaca panas yang persisten, didukung oleh supremasi massa udara kering serta tingkat tutupan awan yang tersubordinasi,” artikulasinya.

Anomali: Potensi Curah Hujan Konvektif

Dalam diskursus yang berbeda, BMKG juga memproyeksikan adanya probabilitas hujan bersifat lokal yang diakibatkan oleh aktivitas konvektif pada sela waktu sore hingga malam hari. Fenomena ini berpotensi menjamah sebagian teritori Sumatera, Kalimantan, Jawa, dan Papua.

Institusi ini mengimbau khalayak ramai agar senantiasa mengarusutamakan aspek kesehatan dengan mengamankan asupan hidrasi yang adekuat. Penting sekali untuk menghindari eksposur langsung terhadap radiasi surya dalam durasi yang berkepanjangan, teristimewa pada interval waktu siang hari.

Publik dianjurkan untuk mensurvei secara periodik informasi meteorologi terkini dan peringatan dini melalui laman resmi BMKG, kanal media sosial, atau aplikasi Info BMKG.