Ini Kata Buya Yahya, Soal Keraguan Nasab Habib atau Keturunan Nabi di Indonesia

RediksiaSenin, 1 Mei 2023 | 21:11 WIB
Ini Kata Buya Yahya, Soal Keraguan Nasab Habib atau Keturunan Nabi di Indonesia
Buya Yahya (Foto: YouTube Al Bahjah TV)

Diksia.com - Belakangan ini, muncul keraguan mengenai nasab habib atau dzurriyah (keturunan) Nabi Muhammad SAW di Indonesia.

Beberapa pihak menyatakan bahwa nasab para habib Ba Alawi Yaman terputus dari Rasulullah SAW.

Hal ini menjadi perhatian seorang jemaah Al Bahjah yang bertanya kepada KH Yahya Zainul Ma’arif atau Buya Yahya mengenai fenomena ini.

“Saya ingin bertanya, mengenai pengingkaran terhadap nasab dzurriyah Nabi SAW di Indonesia yang saat ini sedang ramai dibicarakan. Bagaimana kita harus merespons hal ini, Buya?” tanya jemaah tersebut seperti dikutip dari rekaman di channel YouTube Buya Yahya, pada hari Minggu (30/4/2023).

Menjawab pertanyaan tersebut, Buya Yahya menjelaskan bahwa dzurriyah Nabi memiliki nasab yang agung, karena tersambung langsung dengan Nabi Muhammad SAW melalui Sayyidah Fatimah Az-Zahra.

Sebagai umat Nabi Muhammad SAW, kita memiliki kewajiban untuk memberikan perhatian, penghargaan, dan rasa cinta pada dzurriyah.

“Ini adalah hal yang harus kita pahami. Kita tidak boleh membenci keluarga ahli bait Rasulillah, karena mereka adalah cucu-cucu baginda Nabi SAW,” tegas Buya Yahya.

Meskipun di antara para keturunan Nabi Muhammad SAW ini ada yang memiliki perilaku yang tidak baik, kita seharusnya tidak semakin membencinya, tetapi justru semakin mencintainya dan berusaha untuk membawanya ke jalan yang benar.

“Kadang-kadang, ada orang yang merasa senang ketika melihat keluarga atau keturunan Nabi melakukan kesalahan. Ini sangat tidak benar. Kita harus berusaha mencintai dzurriyah Nabi dengan sepenuh hati,” ujar pengasuh LPD Al Bahjah Cirebon ini.

Dalam pandangan Buya Yahya, kita harus menghormati dan mencintai dzurriyah Nabi Muhammad SAW, tidak hanya karena mereka adalah keturunan Rasulullah, tetapi juga karena mereka adalah manusia yang memiliki hak untuk dihargai dan dicintai.

Bicara Nasab Harus Dilandasi oleh Ilmu yang Benar

Dalam menjelaskan masalah nasab, Buya Yahya menegaskan bahwa kita harus memahami dengan ilmu yang benar.

Tidaklah sulit untuk menisbatkan nasab seseorang, terutama jika kita merujuk pada sabda Rasulullah SAW sebagai berikut:

“Barangsiapa yang mengaku-ngaku, menisbatkan kepada selain ayahnya, dan dia kalau tahu bukan bapaknya, bukan nasabnya, maka surga haram bagi dia.”

Dalam hal ini, Buya Yahya menekankan bahwa ada dua hal yang perlu dipahami tentang nasab.

Pertama, jika seseorang bukan keturunan ayahnya, maka janganlah mengatakan bahwa orang tersebut adalah ayahnya.

Kedua, jika seseorang memang benar-benar keturunan ayahnya, maka tidak boleh menafikan atau menolak nasab tersebut.

Buya Yahya menambahkan bahwa orang yang memiliki nasab kepada ahli bait Nabi Muhammad SAW biasanya mengetahuinya dari orang-orang sebelumnya.

Oleh karena itu, orang tersebut tidak boleh menolak nasabnya, karena selama ini yang mereka ketahui adalah nasab dari ayahnya dan seterusnya sampai kepada baginda Nabi.

Dalam memahami hadis tersebut, Buya Yahya menekankan bahwa kita tidak boleh salah mengartikannya.

Jika kita tidak memiliki nasab kepada Nabi Muhammad SAW, maka janganlah mengaku-ngaku sebagai keturunan beliau.

Namun, jika selama ini kita sudah mendengar dari orangtua atau paman kita bahwa kita memiliki nasab kepada beliau, maka kita tidak boleh menafikan nasab tersebut.

Buya Yahya berpesan kepada umat Islam untuk memahami hal ini dengan baik.

Kita tidak boleh dengan mudahnya menolak nasab orang lain, terutama jika nasab tersebut bersambung sampai kepada Rasulullah SAW.

Kita harus menghindari perbuatan zalim yang dapat merugikan orang lain.

Dzurriyah Nabi di Indonesia Tercatat Nasabnya

Buya Yahya merasa sedih ketika mendengar adanya pengingkaran terhadap nasab habib di Indonesia.

Ia menjelaskan bahwa dzurriyah nabi yang ada di Indonesia sangat menjaga nasab dengan ikrar dalam bab fiqih.

Menurutnya, ketika seseorang mengaku sebagai ayah atau abah kita, dan tidak diingkari oleh akal seperti umur yang sama, maka kita tidak boleh mengingkari hal tersebut.

Buya Yahya memperingatkan bahwa menuduh orang lain bukan sambung nasab sementara mereka mengatakan bahwa sambung nasab kita sama dengan menuduh berzina.

Oleh karena itu, kita harus hati-hati dalam menentukan nasab.

Buya Yahya menegaskan bahwa selagi satu keluarga sudah mengatakan bahwa mereka mempunyai nasab, maka kita percayakan pada keluarga tersebut yang menjaganya, bukan orang lain.

Namun, jika ada dalil seyakin-yakinnya bahwa itu dusta, seperti contohnya umurnya lebih kecil tapi mengaku sebagai bapak, maka hal tersebut bisa dipertanyakan.

Begitu juga jika ada yang ngaku sebagai anak dari Fulan namun tidak diakui oleh keluarga.

Buya Yahya mengimbau untuk tidak mempermasalahkan nasab habib atau dzurriyah nabi di Indonesia karena masalah ini sangat berat dan bisa berdampak pada hilangnya kepercayaan seseorang kepada ahli bait Rasulullah SAW.

Jika ingin berdiskusi, disarankan untuk melakukannya secara langsung, bukan di media sosial.

Buya Yahya menegaskan bahwa nasab ahli bait Rasulullah SAW di Indonesia sudah sangat jelas dan tidak perlu lagi dibahas.

Ia juga memperingatkan bahwa yang ingin membatalkan nasab harus punya hujjah yang lebih kuat dari yang menetapkan nasab, kalau tidak maka akan disalahkan.

Jangan sampai keraguan pada nasab ahli bait Rasulullah SAW di Indonesia membuat kerugian pada umat.

Buya Yahya menambahkan bahwa dzurriyah nabi di Indonesia sudah tercatat dan perlu dicari banyak dzurriyah-dzurriyah nabi yang tidak tercatat agar kita tahu nasabnya.

Ini bukan untuk sombong-sombongan, tetapi untuk menjaga kepercayaan umat.

Maka dari itu, Buya Yahya menyerukan kepada pengurus yang mengurusi dzurriyah nabi untuk tidak hanya menunggu, tetapi juga mencari dan mencatat dzurriyah-dzurriyah nabi yang tidak tercatat agar nasabnya terjaga dengan baik.