Bicara Nasab Harus Dilandasi oleh Ilmu yang Benar
Dalam menjelaskan masalah nasab, Buya Yahya menegaskan bahwa kita harus memahami dengan ilmu yang benar.
Tidaklah sulit untuk menisbatkan nasab seseorang, terutama jika kita merujuk pada sabda Rasulullah SAW sebagai berikut:
“Barangsiapa yang mengaku-ngaku, menisbatkan kepada selain ayahnya, dan dia kalau tahu bukan bapaknya, bukan nasabnya, maka surga haram bagi dia.”
Dalam hal ini, Buya Yahya menekankan bahwa ada dua hal yang perlu dipahami tentang nasab.
Pertama, jika seseorang bukan keturunan ayahnya, maka janganlah mengatakan bahwa orang tersebut adalah ayahnya.
Kedua, jika seseorang memang benar-benar keturunan ayahnya, maka tidak boleh menafikan atau menolak nasab tersebut.
Buya Yahya menambahkan bahwa orang yang memiliki nasab kepada ahli bait Nabi Muhammad SAW biasanya mengetahuinya dari orang-orang sebelumnya.
Oleh karena itu, orang tersebut tidak boleh menolak nasabnya, karena selama ini yang mereka ketahui adalah nasab dari ayahnya dan seterusnya sampai kepada baginda Nabi.
Dalam memahami hadis tersebut, Buya Yahya menekankan bahwa kita tidak boleh salah mengartikannya.
Jika kita tidak memiliki nasab kepada Nabi Muhammad SAW, maka janganlah mengaku-ngaku sebagai keturunan beliau.
Namun, jika selama ini kita sudah mendengar dari orangtua atau paman kita bahwa kita memiliki nasab kepada beliau, maka kita tidak boleh menafikan nasab tersebut.
Buya Yahya berpesan kepada umat Islam untuk memahami hal ini dengan baik.
Kita tidak boleh dengan mudahnya menolak nasab orang lain, terutama jika nasab tersebut bersambung sampai kepada Rasulullah SAW.
Kita harus menghindari perbuatan zalim yang dapat merugikan orang lain.