Heboh Lowongan Kerja Treyarch, Kontroversi Penggunaan Desain AI dalam Game Call of Duty

Muhamad Adin ArifinSenin, 29 April 2024 | 19:50 WIB
Heboh Lowongan Kerja Treyarch, Kontroversi Penggunaan Desain AI dalam Game Call of Duty
Heboh Lowongan Kerja Treyarch, Kontroversi Penggunaan Desain AI dalam Game Call of Duty

Diksia.com - Dunia game kembali dihebohkan dengan manuver mengejutkan dari Treyarch, developer kawakan di balik kesuksesan seri Call of Duty.

Sinyalemen penggunaan kecerdasan buatan (AI) untuk menciptakan aset seni dalam game terbaru mereka menuai pro dan kontra yang memanas.

Awal mula kegaduhan ini bermula dari pembukaan lowongan kerja di laman karier Treyarch. Posisi yang mereka tawarkan adalah seorang 2D artist/animator yang cakap berkolaborasi dengan perangkat generative AI.

Meskipun tak menyebut Call of Duty secara eksplisit, jejak panjang Treyarch dengan franchise tersebut membuat publik menduga kuat pengaruhnya terhadap pengembangan game tersebut.

CharlieIntel, pengamat game jeli, melalui akun Twitternya mengungkapkan bahwa Treyarch tengah mencari sosok terampil yang menguasai ilustrasi digital, motion design, serta perangkat generative AI.

foto: Twitter / X @CharlieIntel
foto: Twitter / X @CharlieIntel

Menariknya, iklan lowongan tersebut menyebutkan tentang proses “memoles” karya seni yang dihasilkan gabungan antara manusia dan algoritma AI.

Kandidat idealnya tak hanya piawai dalam teknik menggambar digital konvensional, namun juga fasih menggunakan program seperti Stable Diffusion, Vizcom, DALL-E, atau platform sejenisnya.

Penggunaan AI untuk menciptakan aset seni dalam video game sejatinya bukanlah isu baru. Kasus Treyarch ini seolah menjadi representasi tren terkini yang kian marak.

Sebelumnya, laporan Unity di bulan Maret 2024 menunjukkan mayoritas studio game memang telah memanfaatkan AI.

Namun, fungsinya sejauh ini masih sebatas alat bantu untuk membuat prototipe dan konsep abstrak, bukan untuk menggantikan sentuhan kreatif manusia.

Wacana AI yang memasuki ranah artis bagaimanapun memicu keresehan di kalangan gamer dan pengambil keputusan industri. Kekhawatiran tergeruskannya peran seniman oleh program mesin mengusik benak banyak pihak.

Mungkinkah kreativitas dan keterampilan manusia tergantikan oleh hasil produksi teknologi?

Tak ayal, manuver Treyarch menggandeng algoritma AI untuk menciptakan karya seni menuai kritik pedas dari komunitas game. Gamer Call of Duty khususnya, menyuarakan kekhawatiran mereka.

Hilangnya ciri khas yang ditiupkan oleh tangan-tangan artis – sentuhan orisinalitas dan kreativitas – menjadi harga yang harus dibayar demi konten hasil produksi teknologi.

Sebagian pihak berpendapat bahwa AI memang berpotensi mendongkrak efisiensi di beberapa lini pengembangan game.

Namun di sisi lain, dikhawatirkan hal tersebut justru mematikan keragaman gaya dan berujung pada lahirnya game-game dengan tampilan monoton.

Belum lagi dampaknya terhadap lapangan pekerjaan. Penggunaan AI dalam pembuatan aset seni dikhawatirkan berujung pada tergusurnya posisi seniman manusia.

Dengan kemajuan teknologi yang terus hentak dan siklus pengembangan game yang kian panjang, godaan untuk menggunakan AI karena efisiensi dan harganya yang menggiurkan tentu menjadi pertimbangan berat bagi para developer game.

Kontroversi terkait pengaruh AI terhadap proses kreatif pun jauh dari kata usai.

Muncul argumen bahwa AI sebaiknya dilihat sebagai rekan kerja manusia dalam membangun pipeline artistik. Sebaliknya, ada pula yang mewanti-wanti agar pemanfaatan AI tidak kebablasan dan menghilangkan unsur manusiawi dalam karya seni.

Pada akhirnya, pertanyaan tentang bagaimana mencapai titik temu antara pemanfaatan kemampuan AI dengan tetap mempertahankan sentuhan manusia dalam pengembangan game akan menjadi tantangan krusial bagi industri game di masa depan.

Keputusan Treyarch yang condong ke arah penggunaan aset seni buatan AI dalam Call of Duty telah membuka kotak pandora tentang hubungan rumit antara teknologi dan seni di ranah pengembangan game.

Di tengah dinamika yang penuh perubahan ini, masa depan seni dalam game pun seolah tergantung di antara dua persimpangan: inovasi dan preservasi tradisi.