Diksia.com - Final Destination bukan sekadar film horor biasa. Film ini mengubah seluruh aturan main slasher dengan menghilangkan pembunuh bertopeng dan menggantinya dengan sosok yang tak terlihat namun tak terhindarkan: Kematian itu sendiri.
Dirilis pada tahun 2000, film pertama ini langsung meledak dan menjadi waralaba yang ikonik. Film ini mengajarkan kita satu hal: Jika kamu berhasil mencurangi takdir, bersiaplah, karena Maut akan datang menjemputmu dengan cara yang lebih kreatif dan mengerikan.
Awal Mula Firasat Maut di Penerbangan 180
Cerita dimulai dengan Alex Browning (diperankan oleh Devon Sawa), seorang siswa sekolah menengah yang akan melakukan perjalanan ke Paris bersama teman-teman sekelasnya. Mereka menaiki Volée Airlines Penerbangan 180.
Saat pesawat bersiap untuk lepas landas, Alex tiba-tiba mengalami firasat (pramoni) yang amat mengerikan. Dalam penglihatannya, ia melihat pesawat tersebut akan mengalami kegagalan mekanis di udara, meledak, dan menewaskan semua orang di dalamnya.
Kepala Alex dipenuhi gambaran logam bengkok, api, dan teriakan kepanikan yang nyata. Saat adegan dalam penglihatannya mulai terjadi di dunia nyata, Alex panik dan membuat keributan di dalam kabin.
Lolos dari Ledakan, Terjebak dalam Daftar Maut
Perkelahian dan kepanikan yang ditimbulkan Alex membuat dirinya dan beberapa penumpang lainnya dikeluarkan dari pesawat.
Bersama Alex, ada enam orang lain yang ikut turun, termasuk rivalnya Carter Horton (Kerr Smith), pacar Carter, Terry Chaney, sahabatnya Tod Waggner, guru mereka Ms. Lewton, serta dua siswa lainnya: Billy Hitchcock dan Clear Rivers (Ali Larter), satu-satunya yang percaya penuh pada penglihatan Alex.
Tak lama setelah mereka turun, teror itu menjadi kenyataan. Pesawat Penerbangan 180 benar-benar meledak tak lama setelah lepas landas.
Alex dan keenam penyintas lainnya dianggap beruntung, namun keberuntungan itu hanya sesaat. Mereka telah mengacaukan Rancangan Kematian (Death’s Design).
Ketika Benda Sehari-hari Menjadi Senjata Kematian
Setelah kejadian tragis itu, para penyintas mulai merasa cemas dan gelisah. Kecurigaan Alex tentang adanya pola tak terhindarkan semakin kuat ketika salah satu penyintas meninggal dalam kecelakaan yang sangat aneh dan tak terduga.
Alex, yang terus menerus dicurigai oleh agen FBI, kini harus bekerja sama dengan Clear untuk memecahkan misteri di balik serangkaian kematian yang terjadi. Mereka mengunjungi seorang petugas kamar mayat bernama William Bludworth (Tony Todd) yang misterius.
Bludworth memberikan petunjuk samar bahwa mereka yang mencurangi Maut akan dikejar kembali sesuai dengan urutan yang seharusnya mereka jalani di pesawat.
Maut dalam film ini tidak memiliki wujud fisik, namun bekerja melalui serangkaian insiden dan kecelakaan beruntun yang dipicu oleh benda-benda sehari-hari: air, listrik, angin kencang, kabel, hingga pecahan kaca.
Kita dibuat tegang karena setiap sudut ruangan, setiap kabel listrik, dan setiap genangan air bisa menjadi pemicu akhir tragis.
Alex menyadari bahwa dia harus mengidentifikasi dan memutus rantai kejadian yang menuju pada kematian orang-orang dalam daftar tersebut, sesuai urutan tempat duduk mereka di pesawat yang meledak.
Pertarungan Melawan yang Tak Terlihat
Perjuangan Alex dan Clear adalah pertarungan melawan sesuatu yang tidak bisa kamu pukul, tembak, atau lari darinya. Mereka hanya bisa menunda. Setiap kali Alex berhasil menyelamatkan seseorang, urutan maut akan melompat ke target berikutnya.
Film ini secara brilian membangun ketegangan dengan membuat kita mempertanyakan, Apakah kamu benar-benar bisa mengalahkan takdir?
Klimaks film ini membawa kita pada momen-momen yang penuh adrenalin, di mana Alex berusaha keras melindungi Clear yang menjadi target berikutnya. Enam bulan kemudian, di Paris, Alex, Clear, dan Carter bertemu kembali. Mereka yakin telah berhasil lolos.
Namun, ketenangan itu tak bertahan lama, dan Maut sekali lagi membuktikan bahwa Rancangan Kematiannya selalu selangkah lebih maju, berakhir dengan twist yang ikonik dan meninggalkan kita dengan rasa ngeri yang dingin.
Film Final Destination yang pertama ini berhasil mendefinisikan ulang genre horor dan meninggalkan jejak mendalam, membuat kita selalu berpikir dua kali saat naik pesawat atau hanya sekadar berjalan di bawah tangga. Inilah mengapa film ini menjadi klasik yang wajib kamu tonton.