Roger menjalin hubungan dengan beberapa wanita di vila, namun setiap hubungannya menghadirkan rintangan dan dilema. Dia harus belajar memahami perasaan dan keinginan para wanita, serta mengatasi rasa cemburu dan persaingan di antara mereka.
Meskipun film ini berfokus pada kisah cinta Roger, latar belakang Perang Dunia Pertama memberikan nuansa dramatis dan sentimental. Perang membawa ketakutan dan ketidakpastian, namun juga mendorong Roger untuk menikmati hidup dan cinta semaksimal mungkin.
Film ini ditutup dengan akhir yang manis dan penuh makna. Roger belajar banyak tentang cinta, persahabatan, dan arti hidup dari pengalamannya selama musim panas yang tak terlupakan itu.
Ulasan Film What Every Frenchwoman Wants (1986)
Dalam melihat lebih dekat film “What Every Frenchwoman Wants (1986),” kita dapat merasakan pesona dan kontroversi yang membuatnya tetap diperbincangkan hingga saat ini. Meskipun berusia beberapa dekade, film ini mengeksplorasi keindahan alam Prancis dan memasukkan elemen erotis yang membuatnya berbeda.
Sebagai karya dari Gianfranco Mingozzi, sutradara berbakat, film ini menciptakan gambaran tentang kehidupan pedesaan Prancis pada abad ke-18. Pemeran utamanya, seperti Serena Grandi, Claudine Auger, dan Marina Vlady, membawa karakter-karakter tersebut hidup dengan apik.
Namun, daya tarik sejati film ini muncul dari plotnya yang kompleks. Kisah tentang keluarga bourgeois yang tergoda oleh seorang pria tampan menggugah rasa ingin tahu dan menimbulkan pertanyaan moral. Konflik yang muncul antara ketiga wanita dalam keluarga tersebut menciptakan dinamika yang menghibur.
Kontroversi yang melibatkan film ini sebagian besar berasal dari adegan-adegan eksplisit dan konten dewasa yang dianggap berlebihan oleh sebagian orang. Namun, seperti halnya karya seni, pandangan terhadap film ini terbagi, dan beberapa orang melihatnya sebagai pencapaian dalam genre film erotis.
Dari segi sinematik, penyutradaraan Gianfranco Mingozzi mendapat apresiasi karena pengambilan gambar yang indah dan atmosfer yang tercipta. Meskipun ada kritik terhadap fokus terlalu banyak pada aspek erotis, beberapa kritikus menyatakan bahwa itu sejalan dengan tema kesenangan dan keinginan yang menjadi inti cerita.