Diksia.com - Di tahun 2024, film biografi “The New Look” siap membawa kita kembali ke masa kejayaan haute couture pasca Perang Dunia II. Film ini berfokus pada kisah Christian Dior, desainer visioner yang merevolusi dunia fashion dengan gayanya yang feminin dan elegan.
Film The New Look (2024) adalah sebuah drama sejarah yang mengisahkan tentang kebangkitan desainer mode Christian Dior, yang berhasil mengalahkan Coco Chanel dan membawa semangat dan kehidupan kembali ke dunia dengan jejak kecantikan dan pengaruhnya yang ikonik.
Film ini dibintangi oleh Ben Mendelsohn, Juliette Binoche, David Kammenos, dan Maisie Williams, serta disutradarai oleh Todd Kessler.
Sinopsis Film The New Look (2024)
Film ini dimulai dengan Dior yang baru saja mengambil alih rumah mode Hubert de Givenchy. Di tengah puing-puing Paris yang hancur akibat perang, Dior bertekad untuk mengembalikan kejayaan dan semangat pada dunia fashion.
Dior meluncurkan koleksi pertamanya yang kemudian dikenal sebagai “New Look”. Koleksi ini menampilkan gaun dengan siluet feminin, rok panjang, dan bahu yang membulat. Gayanya yang revolusioner ini langsung memukau dunia dan menjadi simbol harapan dan optimisme di masa pasca perang.
Namun, di balik kejayaan Dior, terdapat pula kontroversi. Film ini juga mengangkat kisah kelam masa lalunya, termasuk hubungannya dengan Nazi selama Perang Dunia II.
Latar Belakang Film The New Look (2024)
Film The New Look (2024) berdasarkan pada kisah nyata yang terjadi pada tahun 1947, ketika Christian Dior (Ben Mendelsohn) meluncurkan koleksi busana yang disebut “New Look”, yang menampilkan siluet feminin dengan pinggang ramping, rok lebar, dan bahu lembut.
Koleksi ini menjadi sensasi di dunia mode, yang sebelumnya didominasi oleh gaya minimalis dan maskulin dari Coco Chanel (Juliette Binoche).
Film ini juga mengungkap rahasia gelap yang menyelimuti kehidupan Dior dan Chanel selama Perang Dunia II, ketika mereka harus berhadapan dengan pendudukan Nazi di Paris.
Alur Cerita Film The New Look (2024)
Film The New Look (2024) dimulai dengan sebuah adegan di sebuah auditorium yang ramai, di mana seorang wanita muda bertanya kepada Dior, apakah benar bahwa ketika bekerja untuk Lucien Lelong (John Malkovich) selama perang, Dior membantu membuat gaun untuk istri dan pacar Nazi yang menduduki Paris, sementara Coco Chanel menutup butiknya karena kesetiaan patriotik? Dior ragu-ragu untuk menjawab, dan 10 episode selanjutnya mengungkap mengapa.
Ya, Lelong mempertahankan rumah mode-nya tetap terbuka bahkan ketika pasukan Jerman menyerbu Prancis, dan meskipun dia tidak mendesain apa-apa, dia mempekerjakan seniman seperti Dior dan Pierre Balmain (Thomas Poitevin) untuk menyediakan gaun untuk Nazi yang mengetuk pintunya.
Keputusan ini menimbulkan pertanyaan menarik tentang bagaimana antifasisme bisa dan/atau seharusnya terlihat. Lelong tidak senang menyediakan mode untuk wanita Nazi, tetapi dia membuat keputusan untuk bekerja sama tidak hanya karena itu mencegah pekerjanya dari keadaan tunawisma, tetapi juga menjaga semacam reputasi historis Paris sebagai ibu kota mode dunia.
Menyulitkan masalah ini adalah adik Dior, Catherine (Maisie Williams), seorang anggota Perlawanan Prancis yang tak kenal takut, yang diberi gaji oleh Christian, yang membantu membayar operasi dan senjata rekan-rekannya. Penangkapan, penyiksaan, dan penjara akhir Catherine di kamp konsentrasi Ravensbrück ditangkap dengan detail yang mengerikan. Williams lebih dari mampu menangani peran ini, menyampaikan dengan kejelasan yang tegas komitmen Miss Dior muda terhadap antifasisme.
Sementara itu, Chanel memiliki cerita yang sangat berbeda. Dia menjalin hubungan dengan Hans von Dincklage (Claes Bang), seorang agen intelijen Nazi, yang memberinya perlindungan dan kemewahan selama perang. Dia juga mencoba merebut kembali bisnisnya dari saudara Yahudinya, Pierre Wertheimer (Michael Stuhlbarg), yang melarikan diri ke Amerika.
Dia bahkan berkolaborasi dengan Walter Schellenberg (Jannis Niewöhner), kepala intelijen luar negeri SS, untuk menjalankan misi rahasia di Madrid, dengan harapan dapat bernegosiasi dengan Inggris untuk mengakhiri perang. Namun, semua usahanya sia-sia, dan dia harus menghadapi konsekuensi dari tindakannya setelah perang berakhir.
Film ini juga menampilkan karakter-karakter lain yang berpengaruh di dunia mode, seperti Cristóbal Balenciaga (Nuno Lopes), Elsa Schiaparelli (Emily Mortimer), dan Carmel Snow (Glenn Close), yang masing-masing memiliki peran dalam membentuk sejarah mode.
Pesan dan Nilai Film The New Look (2024)
Film The New Look (2024) adalah sebuah film yang menarik dan menggugah, yang menunjukkan bagaimana mode bukan hanya tentang pakaian, tetapi juga tentang politik, budaya, dan identitas.
Film ini mengeksplorasi bagaimana Dior dan Chanel, dua sosok yang sangat berbeda, berkontribusi pada perkembangan mode dengan cara mereka sendiri, meskipun dengan biaya yang berbeda. Film ini juga menggambarkan bagaimana mode dapat menjadi bentuk ekspresi, protes, dan harapan, terutama di tengah-tengah krisis dan konflik.
Film ini juga memberikan pandangan yang mendalam dan seimbang tentang periode sejarah yang penting, yang sering kali disederhanakan atau diromantisasi. Film ini tidak takut untuk menunjukkan sisi gelap dan kompleks dari karakter-karakternya, serta tantangan dan dilema yang mereka hadapi. Film ini juga menghormati fakta-fakta sejarah, tanpa mengorbankan drama dan emosi.
Ulasan dan Tanggapan Film The New Look (2024)
Film The New Look (2024) mendapat ulasan yang positif dari kritikus dan penonton, yang memuji penulisan, penyutradaraan, akting, dan produksinya yang berkualitas tinggi. Film ini juga mendapat pujian karena berhasil menggabungkan fiksi dan fakta, serta menghadirkan cerita yang menarik dan berwawasan.