Pada usia sembilan tahun, ia pindah bersama keluarganya ke Cleveland, Ohio, di mana ia mendapat julukan “Jesse” dari salah seorang gurunya yang salah mendengar namanya. Ia mulai menunjukkan bakatnya dalam olahraga lari dan lompat jauh sejak sekolah menengah, dan melanjutkan karirnya di Ohio State University.
Di sana, ia bertemu dengan pelatih Larry Snyder, yang membimbingnya untuk menjadi atlet terbaik di dunia.
Alur Cerita Film
Film Race (2016) mengikuti perjalanan Jesse Owens dari masa kuliahnya di Ohio State University hingga partisipasinya di Olimpiade Berlin 1936. Di kampus, ia menghadapi berbagai tantangan, baik dari rekan-rekan atlet kulit putih yang merendahkannya, maupun dari kehidupan pribadinya yang rumit.
Ia memiliki pacar bernama Ruth, yang telah melahirkan anak perempuan mereka, Gloria, namun belum menikah dengannya. Ia juga tergoda oleh seorang wanita glamor yang menawarkan kehidupan mewah dan sensasional. Selain itu, ia juga harus bekerja paruh waktu untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
Di tengah situasi yang sulit, ia mendapat dukungan dari pelatihnya, Larry Snyder, yang meyakinkannya bahwa ia bisa mencapai mimpi-mimpinya di Olimpiade. Snyder mengajarkan Owens teknik-teknik lari dan lompat yang lebih baik, dan membantunya mengatasi rasa gugup dan takut. Snyder juga menjadi teman dan mentor bagi Owens, yang sering kali merasa kesepian dan tertekan.
Sementara itu, di Jerman, pemerintah Nazi sedang mempersiapkan Olimpiade Berlin 1936 sebagai ajang propaganda untuk menunjukkan keunggulan ras Arya mereka. Adolf Hitler, pemimpin Nazi, berencana untuk memanfaatkan Olimpiade sebagai panggung politik untuk memperkuat citra Jerman di mata dunia.
Ia memerintahkan Joseph Goebbels, menteri propaganda Nazi, untuk mengatur segala sesuatu agar Olimpiade berjalan sesuai dengan keinginan mereka. Goebbels menunjuk Leni Riefenstahl, seorang sineas terkenal, untuk membuat film dokumenter tentang Olimpiade, yang berjudul Olympia.
Di Amerika Serikat, terjadi perdebatan apakah negara itu harus mengikuti Olimpiade atau memboikotnya sebagai bentuk protes terhadap kebijakan diskriminatif dan represif Nazi terhadap orang-orang Yahudi dan kulit berwarna.