Namun, film ini juga menunjukkan konflik yang terjadi di antara mereka, terutama setelah Prabowo Subianto terlibat dalam peristiwa penculikan aktivis pada tahun 1998.
Prabowo Subianto dituduh sebagai dalang di balik penculikan tersebut, dan dicopot dari jabatannya sebagai Panglima Kostrad. Hal ini membuat hubungannya dengan Presiden Soeharto memburuk, dan berdampak pada pernikahannya dengan Titiek Soeharto.
Film ini mencapai klimaks ketika Prabowo Subianto dan Titiek Soeharto memutuskan untuk bercerai, pada tahun 1999. Film ini menggambarkan kesedihan dan kekecewaan keduanya, yang harus melepaskan cinta sejati mereka. Film ini juga menampilkan adegan Prabowo Subianto yang pergi ke Yordania, dan Titiek Soeharto yang tinggal di Indonesia.
Film ini berakhir dengan adegan Prabowo Subianto dan Titiek Soeharto yang bertemu kembali, setelah Prabowo Subianto terpilih menjadi Presiden Indonesia.
Keduanya saling berpelukan, dan mengucapkan selamat satu sama lain. Film ini menutup dengan pesan bahwa cinta sejati tidak pernah mati, dan selalu menunggu.
