Sinopsis Film In Time (2011), Aksi Justin Timberlake Melawan Sistem Waktu

RediksiaRabu, 26 November 2025 | 20:19 WIB
Sinopsis Film In Time (2011), Aksi Justin Timberlake Melawan Sistem Waktu
Sinopsis Film In Time (2011), Aksi Justin Timberlake Melawan Sistem Waktu

Diksia.com - Pernahkah kamu membayangkan sebuah dunia di mana ungkapan waktu adalah uang berlaku secara harfiah? Film In Time yang dirilis pada tahun 2011 membawa kita masuk ke dalam realitas distopia tersebut. Disutradarai oleh Andrew Niccol, sineas yang juga berada di balik film Gattaca, In Time menyajikan premis cerdas yang memadukan aksi ketegangan tinggi dengan kritik sosial yang tajam mengenai kesenjangan kekayaan.

Dalam semesta ini, rekayasa genetika membuat manusia berhenti menua pada usia 25 tahun. Setelah mencapai usia tersebut, jam digital berwarna hijau neon yang tertanam di lengan kiri setiap orang akan mulai menghitung mundur. Mereka hanya diberikan waktu gratis selama satu tahun lagi untuk hidup. Jika waktu itu habis, jantung mereka akan berhenti berdetak seketika.

Oleh karena itu, waktu menjadi satu-satunya mata uang yang berlaku. Kamu bekerja untuk mendapatkan tambahan jam, menit, atau detik. Membeli kopi bisa menghabiskan waktu empat menit, sementara naik bus bisa menelan biaya dua jam dari sisa hidupmu.

Sistem ini menciptakan pemisahan kelas yang brutal: orang kaya bisa hidup selamanya di zona mewah bernama New Greenwich, sementara orang miskin di wilayah kumuh seperti Dayton harus berlari dan bekerja keras setiap hari hanya untuk menyambung nyawa barang sehari lagi.

Pertemuan Tak Terduga Will Salas

Kisah ini berpusat pada Will Salas, karakter yang diperankan dengan apik oleh Justin Timberlake. Will adalah seorang pekerja pabrik di zona miskin Dayton yang hidup pas-pasan, seringkali hanya memiliki sisa waktu kurang dari 24 jam di lengannya. Hidupnya berubah drastis ketika ia menyelamatkan seorang pria kaya raya bernama Henry Hamilton dari serangan gerombolan pencuri waktu yang disebut Minutemen.

Henry Hamilton, yang diperankan oleh Matt Bomer, ternyata sudah berusia lebih dari satu abad namun memiliki fisik pemuda 25 tahun. Ia merasa lelah dengan keabadian dan kehampaan hidupnya. Saat Will tertidur, Henry mentransfer 116 tahun waktu miliknya ke lengan Will dan membiarkan waktunya sendiri habis hingga ia meninggal dunia.

Kejadian ini menjadi awal malapetaka sekaligus peluang bagi Will. Namun, tragedi menimpa ketika ia gagal menyelamatkan ibunya, Rachel, karena kehabisan waktu hanya dalam hitungan detik. Kematian ibunya memicu kemarahan Will terhadap sistem yang tidak adil ini. Dengan berbekal satu abad di lengannya, ia nekat menyeberang ke zona elit New Greenwich untuk menuntut balas dan mencari keadilan.

Pelarian dan Perlawanan di New Greenwich

Di New Greenwich, Will masuk ke dalam kehidupan kelas atas yang serba lambat dan tenang, kontras dengan kehidupan di Dayton yang serba terburu-buru. Di sana, ia bertemu dengan taipan pemimjamkan waktu bernama Philippe Weis dan putrinya yang menawan, Sylvia Weis, yang diperankan oleh Amanda Seyfried.

Namun, kehadiran Will tercium oleh Raymond Leon, seorang Timekeeper atau polisi waktu yang diperankan oleh Cillian Murphy. Leon mencurigai Will telah membunuh Henry Hamilton untuk mencuri waktunya. Dalam sebuah penyergapan, Will menyandera Sylvia untuk melarikan diri kembali ke Dayton.

Hubungan antara penyandera dan sandera ini kemudian berkembang menjadi aliansi romantis. Sylvia, yang selama ini hidup dalam sangkar emas dan bosan dengan kehidupan abadi yang kaku, menyadari betapa kejamnya sistem yang memperkaya ayahnya.

Bersama Will, kamu akan melihat bagaimana pasangan ini berubah menjadi duo perampok bank waktu. Mereka mencuri kapsul waktu dari bank milik ayah Sylvia dan membagikannya secara gratis kepada orang-orang miskin agar bisa bertahan hidup.

Kritik Sosial dalam Balutan Fiksi Ilmiah

Aksi Will dan Sylvia mengguncang stabilitas ekonomi yang telah dijaga ketat oleh para elit. Sistem ini memang dirancang agar orang miskin mati demi menjaga keseimbangan populasi dan kemewahan orang kaya. Puncak ketegangan film ini terjadi ketika Will dan Sylvia berusaha merampok satu juta tahun untuk meruntuhkan sistem tersebut selamanya, sementara Leon terus memburu mereka tanpa henti hingga detik-detik terakhir.

Selain menyuguhkan adegan kejar-kejaran yang intens, film ini mengajak kita merenung tentang nilai kehidupan. In Time berhasil menggambarkan ketakutan manusia akan kematian dan keserakahan akan keabadian dengan cara yang sangat visual dan menghibur.

Film ini didukung oleh penampilan solid dari para aktornya. Justin Timberlake membuktikan kemampuannya sebagai aktor laga, sementara Cillian Murphy tampil dingin dan karismatik sebagai penegak hukum yang taat aturan. Bagi kamu penggemar film dengan konsep futuristik yang memacu adrenalin, In Time adalah tontonan yang sayang untuk dilewatkan.