Diksia.com - Bagi kamu penggemar film aksi brutal dan koreografi pertarungan yang intens, nama Gareth Evans, sutradara di balik kesuksesan The Raid, pasti sudah tidak asing. Kini, Evans kembali menggebrak lewat film terbarunya, Havoc, yang mempertemukan keahliannya di genre laga dengan aktor kaliber Tom Hardy.
Dirilis di layanan streaming global, Havoc langsung memicu adrenalin penonton dengan kisah kriminal yang gelap dan penuh kekacauan. Lantas, seperti apa plot yang disajikan dalam film yang berlatar kota metropolitan Amerika yang korup ini?
Detektif Walker, Pahlawan atau Antagonis?
Inti cerita Havoc berpusat pada karakter bernama Walker, yang diperankan dengan apik oleh Tom Hardy. Walker bukanlah seorang detektif pahlawan biasa; ia adalah sosok yang tertekan dan terlibat dalam lingkaran gelap kepolisian yang korup. Ia bahkan diketahui menjadi orang suruhan seorang politisi berpengaruh sekaligus mafia, Lawrence Beaumont (Forest Whitaker).
Kekacauan dimulai ketika sebuah transaksi narkoba tingkat tinggi berakhir berantakan dan menelan korban. Insiden ini secara tak terduga menyeret Walker ke dalam pusaran masalah yang lebih besar. Ia terluka parah dan kini harus menyusup ke jantung dunia kriminal bawah tanah yang dikuasai oleh geng dan kartel narkoba.
Misi Penyelamatan dan Jaringan Korupsi
Misi utama Walker terbilang rumit dan berbahaya: ia ditugaskan untuk menyelamatkan Charlie (Justin Cornwell), putra dari Lawrence Beaumont, yang hilang setelah insiden transaksi narkoba tersebut. Charlie dituduh terlibat dalam pembunuhan anak dari bos mafia Tiongkok setempat, sebuah tuduhan yang memicu perang berdarah antar geng.
Dalam upayanya melacak dan melindungi Charlie dari kejaran mafia yang haus balas dendam serta polisi-polisi kotor lainnya, Walker justru tanpa sengaja membuka kotak Pandora. Ia mulai mengungkap konspirasi korupsi yang jauh lebih dalam dan telah mengakar kuat, melibatkan para elite politik dan hampir seluruh sistem di kota tersebut.
Jejaring pengkhianatan dan intrik membuat Walker sulit membedakan kawan atau lawan. Ia dibantu oleh Ellie (Jessie Mei Li), seorang polisi muda idealis yang mencoba membersihkan kekacauan yang diciptakan oleh rekan-rekan kerjanya. Bersama-sama, mereka harus menghadapi serangkaian serangan mematikan, menguji batas fisik dan moral mereka.
Gaya Aksi yang Khas dan Brutal
Bagi kamu yang merindukan gaya penyutradaraan Gareth Evans, Havoc menyajikan aksi khas yang cepat, brutal, dan tak kenal ampun, mengingatkan kita pada koreografi pertarungan intens dalam The Raid. Evans menepati janjinya untuk menyajikan adegan laga yang diletakkan di bagian depan cerita, membuat film ini menjadi tontonan yang memacu adrenalin dari awal hingga klimaks.
Havoc bukan sekadar film aksi tembak-menembak; film ini juga menggali sisi kelam seorang pria yang mencoba menemukan penebusan di tengah dunia yang sudah sepenuhnya rusak. Film ini membuktikan bahwa di tengah kekacauan, masih ada pertarungan untuk mencari kebenaran, meskipun harus melalui banjir darah.
Secara keseluruhan, Havoc adalah suguhan aksi kriminal yang gelap dan keras, wajib masuk dalam daftar tontonan kita, terutama jika kamu menyukai film dengan alur yang padat dan adegan pertarungan yang tidak main-main.