Diksia.com - Bayangkan saja, kamu lagi kerja shift malam di pabrik gula yang sepi, angin malam berhembus dingin, dan tiba-tiba… suara aneh mulai terdengar dari sudut gelap. Bukan cuma angin, tapi bisikan-bisikan yang bikin bulu kuduk merinding.
Nah, itulah vibe utama dari film Sugar Mill, atau yang kita kenal sebagai Pabrik Gula, horor terbaru Indonesia yang lagi hits banget di 2025 ini. Film ini nggak cuma bikin jantung deg-degan, tapi juga ngasih pesan dalam yang bikin kita mikir ulang soal kebaikan hati.
Ceritanya dimulai dengan sekelompok anak muda yang datang ke pabrik gula di pedesaan untuk kerja musiman. Ada Endah yang polos tapi pemberani, Fadhil si pemimpin kelompok yang selalu coba tenangin situasi, Dwi dan Hendra yang suka bercanda tapi dalem hati takut setengah mati, plus Wati, Naning, dan Franky yang bikin dinamika grup makin seru.
Setiap tahun, pabrik ini rekrut warga sekitar buat ngejar deadline musim panen tebu, dan awalnya semuanya biasa aja. Mereka ngobrol santai, makan bareng, dan capek-capeknya kerja di bawah lampu neon yang kedip-kedip.
Tapi, seperti film horor pada umumnya, ketenangan itu cuma ilusi. Suatu malam, Endah tiba-tiba bangun dari tidurnya dan kayak terhipnotis, ikut bayangan misterius yang ngajak dia keluar penginapan. Dari situ, teror mulai merajalela.
Bukan setan biasa yang muncul tiba-tiba buat jumpscare murahan, tapi kerajaan setan yang punya alasan kuat marah besar. Pabrik gula ini ternyata dibangun di atas wilayah mereka, dan ada rahasia kelam dari masa lalu yang bikin roh-roh itu balik dendam.
Bayangin aja, mesin-mesin pabrik yang biasa bergemuruh tiba-tiba berhenti, suara jeritan samar-samar, dan teman-teman satu per satu hilang atau berubah jadi aneh.
Yang bikin film ini beda dari horor Indonesia lain, seperti KKN di Desa Penari yang vibe-nya mirip, adalah cara dia nggak cuma andalin gore atau hantu lompat-lompat. Di balik ketakutan itu, ada pesan kuat soal kekuatan kebaikan manusia.
Para pekerja ini nggak cuma lari-larian kabur, tapi mereka harus gali akar masalahnya—kenapa setan-setan ini ngamuk? Apa hubungannya dengan curfew misterius yang mereka langgar? Dan gimana caranya mereka selamat sambil tetep pegang nilai-nilai baik?
Semuanya dibalut dengan sinematografi yang eye-candy, musik scoring yang nge-build tension pelan-pelan, dan lokasi syuting di pedesaan yang bener-bener bikin merasa isolated.