Diksia.com - Untuk para penggemar film horor, A Serbian Film mungkin bukan nama yang asing lagi. Namun, bagi yang belum mengenalnya, mempertimbangkan sekali lagi sebelum memutuskan untuk menontonnya adalah keputusan yang bijaksana.
Disutradarai oleh Srdjan Spasojevic pada tahun 2010, A Serbian Film menjadi perwujudan dari ekspresi pribadi sang sutradara terhadap realitas politik yang tersembunyi di balik tirai.
Kisahnya berkisah tentang Milos (diperankan oleh Srdjan Todorovic), seorang bintang porno veteran yang setuju untuk terlibat dalam sebuah proyek seni demi memenuhi kebutuhan keluarganya.
Namun, apa yang diharapkannya sebagai jalan keluar dari industri pornografi ternyata menjadi mimpi buruk yang tak terbayangkan.
Film ini memperlihatkan adegan nekrofilia dan pedofilia yang mencengangkan. Yang lebih mengerikan lagi, Milos terikat dalam perjanjian setan yang tidak memungkinkannya menolak untuk terlibat dalam adegan yang mengerikan tersebut.
Srdjan Spasojevic menggunakan film ini sebagai medium untuk menggambarkan pandangannya terhadap kondisi Serbia dan politik secara luas.
Baginya, dunia tempat ia hidup terasa seperti panggung teater di mana para selebriti televisi adalah politisi yang memegang kendali, dan setiap orang didorong oleh nafsu akan uang, kekuasaan, dan ketenaran.
Dengan sentuhan nalurinya, ia menciptakan karya yang sarat akan pesan tersembunyi tentang perang Serbia dan dinamika politik yang mempengaruhinya.
Sebelum rilisnya, British Board of Film Classification (BBFC) menginspeksi film ini dan melakukan sejumlah pemotongan sebelum memberikan persetujuan. Total durasi pemotongan mencapai tiga menit 48 detik, dengan penilaian akhir NC-17 (untuk dewasa).
Festival film London Fright Fest, yang sebelumnya tidak mengharuskan inspeksi sebelum penayangan, kali ini membuat pengecualian berdasarkan desas-desus seputar konten A Serbian Film.
Sejumlah adegan yang mengandung kekerasan seksual terutama terhadap anak-anak harus dipotong sebelum penayangan.
Ian Jones, co-sutradara film ini, bersikeras bahwa film harus dipertontonkan tanpa pemotongan sesuai keinginan sang sutradara. Kontroversi ini menyebabkan berbagai keluhan, baik dari pihak penonton maupun tim produksi film itu sendiri.