Waspadai Efek Samping KB Spiral (IUD), Ini Faktanya!

RediksiaSabtu, 27 September 2025 | 18:59 WIB
Waspadai Efek Samping KB Spiral (IUD), Ini Faktanya!

Diksia.com - Intrauterine Device (IUD), atau yang sering kita sebut sebagai KB spiral, adalah salah satu metode kontrasepsi reversibel yang paling efektif dan populer. Bentuknya kecil seperti huruf T, dipasang di dalam rahim, dan mampu mencegah kehamilan dalam jangka waktu lama, bisa sampai 5 hingga 10 tahun, tergantung jenisnya.

Keefektifan IUD yang mencapai 99% menjadikannya pilihan andalan bagi banyak pasangan. Selain itu, IUD juga tidak perlu kamu ingat setiap hari, berbeda dengan pil KB. Namun, sama seperti metode kontrasepsi lainnya, KB IUD juga memiliki potensi efek samping yang perlu kamu kenali sebelum memutuskan untuk memasangnya.

Mengenal Dua Jenis KB IUD dan Cara Kerjanya

Sebelum membahas efek samping, penting untuk tahu bahwa IUD terbagi menjadi dua jenis utama, dan masing-masing bekerja dengan cara yang berbeda, yang juga memengaruhi jenis efek sampingnya.

IUD Berlapis Tembaga (Non-Hormonal)

Jenis IUD ini dilapisi tembaga dan bekerja tanpa melibatkan hormon. Ion tembaga yang dilepaskan bersifat toksik terhadap sperma, menghambat pergerakannya, dan mencegah pembuahan.

IUD Hormonal

IUD hormonal melepaskan hormon progestin dalam dosis kecil ke dalam rahim. Hormon ini bekerja dengan mengentalkan lendir serviks, mempersulit sperma mencapai sel telur, dan kadang-kadang menipiskan lapisan rahim sehingga sel telur yang sudah dibuahi sulit menempel.

Efek Samping KB IUD yang Paling Umum Terjadi

Kebanyakan efek samping IUD bersifat sementara dan akan mereda setelah beberapa bulan. Namun, ini adalah beberapa keluhan yang paling sering dilaporkan.

1. Perubahan Siklus Menstruasi

Ini adalah perbedaan paling signifikan antara IUD tembaga dan hormonal:

  • IUD Tembaga: IUD non-hormonal sering kali membuat periode menstruasi menjadi lebih berat, lebih lama, atau menyebabkan kram yang lebih kuat, terutama pada bulan-bulan pertama. Kadang-kadang kamu juga mungkin mengalami bercak darah di luar siklus haid.
  • IUD Hormonal: Kebalikannya, IUD hormonal justru cenderung membuat menstruasi menjadi lebih ringan, lebih pendek, atau bahkan berhenti sama sekali (amenore) setelah beberapa bulan penggunaan. Awalnya, kamu mungkin juga mengalami bercak darah tidak teratur.

2. Rasa Tidak Nyaman dan Kram Saat Pemasangan

Prosedur pemasangan IUD dapat menyebabkan rasa sakit atau kram, yang intensitasnya bervariasi pada setiap wanita. Rasa kram ini biasanya mirip dengan nyeri haid yang kuat dan bisa berlanjut hingga beberapa hari atau minggu setelah pemasangan, namun umumnya akan berangsur menghilang.

3. Efek Samping Khusus IUD Hormonal

Karena mengandung hormon, jenis IUD ini bisa memicu efek yang berhubungan dengan progestin pada beberapa pengguna, meskipun risikonya lebih kecil dibandingkan kontrasepsi hormonal oral (pil). Efek tersebut meliputi:

  • Sakit kepala atau migrain
  • Nyeri atau rasa tidak nyaman pada payudara
  • Perubahan suasana hati (mood swing)
  • Munculnya jerawat

Risiko Kecil yang Jarang Terjadi Namun Perlu Diwaspadai

Meskipun IUD sangat aman, ada beberapa risiko serius yang sangat jarang terjadi dan penting untuk kamu ketahui:

1. Infeksi Panggul (Penyakit Radang Panggul/PID)

Risiko infeksi panggul sedikit meningkat dalam 20 hari pertama setelah pemasangan. Risiko ini umumnya terkait dengan prosedur pemasangan itu sendiri atau jika kamu sudah memiliki infeksi menular seksual (IMS) yang tidak terdeteksi saat IUD dipasang. Jika muncul gejala seperti nyeri perut hebat, demam, atau cairan vagina berbau tidak sedap, segera periksakan diri ke dokter.

2. IUD Bergeser atau Keluar (Ekspulsi)

Walaupun jarang, IUD bisa bergeser dari posisinya atau bahkan keluar dari rahim. Risiko ini lebih tinggi pada wanita yang belum pernah melahirkan. Jika IUD bergeser, efektivitasnya dalam mencegah kehamilan akan berkurang. Kamu perlu rutin memeriksa benang IUD untuk memastikan posisinya tetap di tempat.

3. Perforasi Uterus (Rahim Tertembus)

Ini adalah komplikasi paling langka, terjadi ketika IUD menembus dinding rahim saat pemasangan. Risiko ini sangat kecil dan umumnya hanya terjadi jika pemasangan dilakukan oleh tenaga medis yang kurang berpengalaman.

4. Kehamilan Ektopik

Jika terjadi kegagalan kontrasepsi (kamu hamil saat menggunakan IUD), risiko kehamilan tersebut adalah kehamilan ektopik (hamil di luar rahim) akan lebih tinggi. Namun perlu diingat, IUD sangat efektif, sehingga risiko hamil secara keseluruhan sangat rendah.

Kapan Kamu Harus Segera Konsultasi ke Dokter?

IUD adalah pilihan kontrasepsi yang sangat efektif, namun kamu harus selalu waspada terhadap sinyal tubuh. Segera temui dokter atau bidan jika kamu mengalami:

  • Nyeri perut atau panggul yang parah dan tidak kunjung hilang.
  • Demam tanpa sebab yang jelas.
  • Cairan vagina yang berbau tidak sedap atau tidak normal.
  • Perdarahan vagina yang sangat berat dan tidak biasa.
  • Benang IUD tidak terasa atau terasa lebih panjang/pendek dari biasanya, menandakan IUD mungkin bergeser.
  • Kamu menduga dirimu hamil.

Pada akhirnya, memilih KB IUD adalah keputusan yang personal. Dengan memahami risiko dan efek sampingnya, kamu bisa berdiskusi lebih optimal dengan tenaga profesional kesehatan untuk menentukan jenis IUD yang paling sesuai dengan kondisi kesehatan dan gaya hidupmu. Jangan ragu bertanya, karena mengetahui informasi yang tepat adalah kunci menuju perencanaan keluarga yang sukses dan nyaman.