Mengenal Intuitive Eating: Arti, Sejarah, Prinsip Utama, dan Manfaatnya

RediksiaRabu, 27 Agustus 2025 | 08:57 WIB
Mengenal Intuitive Eating Arti, Sejarah, Prinsip Utama, dan Manfaatnya
Mengenal Intuitive Eating Arti, Sejarah, Prinsip Utama, dan Manfaatnya

Diksia.com - Di tengah maraknya tren diet yang menjanjikan hasil cepat, muncul pendekatan baru yang lebih lembut dan berkelanjutan: intuitive eating. Konsep ini semakin populer di kalangan ahli gizi dan psikolog kesehatan, terutama setelah berbagai studi terbaru menunjukkan dampak positifnya terhadap kesejahteraan fisik dan mental.

Intuitive eating bukan sekadar cara makan, melainkan filosofi hidup yang mengajak kita untuk mendengarkan sinyal tubuh alami. Dalam artikel ini, kita akan mengenal lebih dalam arti dari intuitive eating, prinsip-prinsip utamanya, serta manfaat yang bisa dirasakan dalam kehidupan sehari-hari.

Apa Itu Intuitive Eating?

Intuitive eating adalah kerangka makan yang berfokus pada perawatan diri, mengintegrasikan naluri, emosi, dan pemikiran rasional. Pendekatan ini dikembangkan pada tahun 1995 oleh dua ahli gizi, Evelyn Tribole dan Elyse Resch, sebagai respons terhadap kegagalan diet tradisional yang sering kali menyebabkan siklus yo-yo berat badan dan gangguan makan.

Berbeda dengan diet ketat yang membatasi kalori atau jenis makanan tertentu, intuitive eating menekankan pada kesadaran interoceptif, yaitu kemampuan untuk merespons pesan langsung dari tubuh guna memenuhi kebutuhan fisik dan psikologis.

Pendekatan ini bersifat netral terhadap berat badan, artinya tidak menjadikan penurunan berat sebagai tujuan utama. Sebaliknya, intuitive eating mendorong hubungan yang sehat dengan makanan, di mana makan menjadi kegiatan yang menyenangkan dan memuaskan, bukan sumber stres.

Hingga tahun 2025, lebih dari 90 studi telah mendukung efektivitasnya, termasuk penelitian terbaru yang menyoroti peranannya dalam meningkatkan kualitas diet secara keseluruhan. Konsep ini semakin relevan di era digital, di mana pengaruh media sosial sering kali memperburuk citra tubuh dan pola makan yang tidak sehat.

Bayangkan jika kita bisa makan tanpa rasa bersalah, hanya mengikuti apa yang tubuh butuhkan. Itulah esensi intuitive eating, yang membantu membangun kepercayaan diri terhadap sinyal lapar dan kenyang alami. Pendekatan ini juga menolak budaya diet yang sering kali menimbulkan stigma berat badan, sehingga lebih inklusif bagi semua orang, regardless of ukuran tubuh.

Sejarah Singkat Intuitive Eating

Konsep intuitive eating lahir dari pengalaman klinis Tribole dan Resch, yang melihat banyak klien mereka mengalami kegagalan berulang dalam diet konvensional. Pada akhir 1990-an, buku pertama mereka berjudul Intuitive Eating diterbitkan, dan sejak itu, pendekatan ini berkembang menjadi gerakan global.

Pada tahun 2017, sudah ada puluhan studi yang membuktikan manfaatnya, dan hingga kini, penelitian terus bertambah, termasuk yang dilakukan pada tahun 2024 dan 2025 yang mengeksplorasi aplikasinya dalam kelompok intervensi online maupun tatap muka.

Perkembangan terbaru menunjukkan bahwa intuitive eating tidak hanya untuk individu sehat, tetapi juga efektif bagi mereka yang pulih dari gangguan makan atau kondisi kesehatan kronis. Di tengah pandemi dan perubahan gaya hidup pasca-2020, konsep ini semakin diadopsi sebagai alat pemberdayaan untuk mengatasi stres emosional yang sering kali memicu makan berlebih.